EKOLOGI PEDESAAN, SEBUAH BUNGA RAMPAI.
Penyunting: Sayogyo,
342 pp. CV Rajawali, Jakarta 1982.
Dari judul buku ini, kita mengharapkan uraian yang bersambungan
tentang interaksi orang desa dengan lingkungan hidupnya. Tetapi
lebih sepertiganya tidak langsung menyangkut pedesaan. Sebuah
bab, tentang Pernyataan Konperensi Vancouver, menguraikan
permasalahan pemukiman secara umum. Tiga bab menguraikan apa
yang disebut metode biologi atau ekologi van der Meulen, yang
sebenarnya menyangkut perkebunan, dan sebuah bab lagi tentang
masalah kependudukan di Jawa secara umum. Walau perkebunan
letaknya di daerah pedesaan, mereka tidak mempunyai ciri
ekosistem pedesaan dan lebih, merupakan enklave dalam pedesaan.
Penyuntingan buku ini beranjak dari anggapan bahwa manusia
merupakan faktor utama dalam pengrusakan alam. Walaupun manusia
memang penting dalam perubahan wajah alam, namun sebenarnya alam
sendirilah yang merupakan kekuatan jauh lebih besar dalam
membentuk dirinya. Misalnya, kontinen yang kita kenal, Gunung
Himalaya, kepulauan Indonesia dan iklim terjadi oleh kekuatan
alam yang mahabesar. Perubahan bumi kita masih terus berjalan di
luar aktivitas manusia. Karena itu menyalahkan manusia saja
tidak memberikan gambaran yang proporsional dan dapat
menimbulkan pertentangan antara pembangunan lawan lingkungan
hidup. Padahal keduanya merupakan dwitunggal yang saling
membutuhkan dan mendukung.
Penyuntingan nampaknya sangat terkesan dengan metode van der
Meulen, sehingga dalam enam dari 14 bab diuraikan dan dianjurkan
metode itu. Metode biologi atau ekologi van der Meulen yang
disebut dalam buku ini pada pokoknya adalah cara perlindungan
tanah di perkebunan atau rehabilitasi tanah untuk perkebunan
dengan tanaman penutup tanah kacang-kacangan atau herba lain.
Di perkebunan cara penyiangan bersih (clean weeding) sudah lama
ditinggalkan dan penutup tanah selalu diusahakan, dan karena itu
metode itu tidak perlu lagi dipersoalkan atau dianjurkan. Dalam
pertanian rakyat terjadinya erosi dan padang alang-alang serta
rehabilitasinya bukanlah terutama merupakan masalah teknis,
melainkan lebih berupa masalah sosial-ekonomi. Haruslah
dipertanyakan kesesuaian metode itu untuk keperluan pertanian
rakyat. Data ilmiah untuk mendukungnya memang tidak ada dan
perdebatan antara yang setuju dan tidak setuju masihlah hebat.
Buku ini memberikan kesan doom's day (hari kiamat), seperti
cukup menarik, tetapi harus dibaca dengan hati-hati dan kritis.
Otto Soemarwoto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini