Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri BUMN II Pahala Mansury menyatakan pemerintah menargetkan Pertamina Geothermal Energy (PGE) dapat melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering atau IPO) per semester I tahun 2022 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun target dana yang ingin dicapai dari IPO berkisar US$ 400 juta - 500 juta atau sekitar Rp 5,72 triliun - Rp 7,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dolar AS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pahala menjelaskan, IPO dilakukan seiring dengan upaya Indonesia menggenjot penggunaan sumber daya energi baru terbarukan (EBT). Salah satu cara yang termurah dikembangkan yakni menggunakan geothermal.
Agar bisa memaksimalkan potensi yang ada, Kementerian BUMN bakal melakukan IPO PGE untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
"Kami harus kembangkan groundfield, menurut kami geothermal punya potensi untuk dikembangkan, salah satu yang ingin kami kembangkan meng-IPO-kan PGE ini," kata Pahala, Kamis, 13 Januari 2022.
Lebih jauh, Pahala membeberkan, untuk mengembangkan PGE dalam waktu 3-4 tahun ke depan, dibutuhkan dana sekitar US$ 400 juta - US$ 500 juta. Dana itu yang akan digunakan untuk membiayai optimalisasi pembangkit listrik yang ada, pengembangan produk hijau, hingga eksplorasi baru.
Dalam rencana IPO tersebut, Pertamina Geothermal Energy bakal melepas kepemilikan sahamnya antara 20-30 persen ke publik.
Saat ini, menurut Pahala, Indonesia telah memiliki 1.900 megawatt pembangkit listrik berbasis EBT. Adapun sebanyak 672 megawatt di antaranya diproduksi oleh Pertamina Geothermal Energy.
Dari pembangkit tenaga listrik yang sudah ada ini, kata Pahala, perlu meningkatkan kapasitasnya, karena menjadi yang paling utama dan paling mudah dikembangkan melalui optimalisasi yang sudah dimiliki.
"Insyaallah, PGE ini targetnya di semester I/2022 ini. Targetnya di registrasi di Maret, IPO kemudian di bulan Juni mungkin," katanya.
Selain memaksimalkan pembangkit listrik yang sudah ada, menurut Pahala, PGE juga dapat menghasilkan produk hijau, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau.
Lebih jauh, Pahala menyebutkan pengembangan pembangkit listrik baru juga masih sangat potensial dilakukan. PGE sebenarnya sudah memiliki sejumlah lisensi tetapi belum dikembangkan.
Dengan begitu, dana IPO nantinya bakal dimanfaatkan pula untuk kebutuhan eksplorasi baru dan melihat kesempatan tumbuh secara inorganik. "Optimalisasi yang kita miliki terlebih dahulu, PGE bisa dikembangkan, kita maksimalkan kapasitas yang saat ini termasuk juga yang saat ini belum digunakan, yang sudah disuplai," tutur Pahala.
Pahala merincikan bahwa Pertamina Geothermal Energy bisa memproduksi listrik 672 megawatt. "Yang disuplai bisa saja hanya 550 megawatt, 110 megawatt sisanya bisa digunakan dan dioptimalkan untuk hal lain," tuturnya.
BISNIS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.