Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan cadangan devisa Indonesia hingga akhir November 2016 mencapai US$ 125,97 miliar. Angka ini meningkat sekitar 8,2 persen dari cadangan pada akhir 2016 sekitar US$ 116,36.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Cadangan devisa ini cukup untuk membiayai 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo di Gedung BI, Kamis, 14 Desember 2017. Cadangan devisa ini, kata Dody, telah berada di atas standar kecukupan internasional sebesar tiga bulan impor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedangkan secara year-on-year (yoy), cadangan Indonesia pada akhir November lalu tumbuh sekitar 12,97 persen. Pada November 2016, BI mencatat cadangan devisa masih berada di angka US$ 111,5 miliar.
Peningkatan cadangan devisa Indonesia ini merupakan salah indikator positif kinerja perekonomian Indonesia yang disimpulkan dalam Rapat Dewan Gubernur BI selama dua hari, yakni 13 sampai 14 Desember 2017. Pada hari ini, BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 4,25 persen, meski The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen ke kisaran 1,25-1,50 persen.
Dody mengatakan peningkatan cadangan devisa Indonesia ini didorong oleh surplus pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2017. Surplus NPI ini ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang meningkat dibandingkan tahun 2016.
Cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesian. Bank Indonesia, kata Dody, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 mendatang akan berada di kisaran 5,1 hingga 5,5 persen.