Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata, bersyukur mulai berekspansi ke e-commerce sejak 2016. Sebab, penjualan online melalui platform digital inilah yang menyelamatkan usaha batik miliknya ketika wabah Covid-19 melanda pada 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Alhamdlillah saat 2020 ada pandemi, penjualan online membantu survive," kata Aditya di outlet Rianty Batik Malioboro, Yogyakarta, Selasa, 6 Februari 2024.
Aditya berujar, saat pandemi tokonya sempat tutup. Pasalnya, kawasan Malioboro termasuk area keramaian, sedangkan pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat alias PPKM. Padahal, sebagian besar konsumen batiknya merupakan wisatawan. Karena itu, ia bersyukur pengalamannya saat kuliah di luar negeri segera ia kembangkan saat kembali ke Tanah Air.
"Di luar negeri, platform online sudah umum digunakan sebelum 2015, sebelum Indonesia belum mulai. Pas saya kembali, muncul Tokopedia. Kami tahu potensinya sangat besar," kata pria lulusan University of East Angelia London ini juga berkaca dari pengalamannya saat kuliah
Tak cuma menyelamatkan usaha ketika pandemi Covid-19, Aditya menuturkan ekspansi ke platform digital turut memperluas area penjualan. Pasar produk usaha batik yang dibangun orang tuanya sejak 2007 itu pun tidak hanya melokal di Yogyakarta. Namun, sudah merambah ke Jabodetabek hingga luar Jawa.
"Ada pelanggan yang pernah beli ke sini, repeat order (memesan lagi) ketika tahu Rianty Batik ada di Tokopedia," tutur Aditya.
Aditya pun menyimpulkan bahwa platform digital adalah jalan untuk membuka market dan membantu pemerekan. Dengan memasarkan produk di e-commerce, orang menjadi lebih tahu produk usahanya tanpa harus berkunjung ke toko lebih dahulu.
"Platform digital penting untuk mengembangkan usaha," ucapnya.
Adapun saat ini, Rianty Batik sudah memiliki 13 gerai yang tersebar di berbagai wilayah di Inonesia. Mulai dari Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Dengan branding yang dikembangkan melalui e-commerce, Aditya optimistis penjualan batiknya semakin meningkat tanpa harus membuka cabang baru.
"Karena customer dari Makassar atau Kalimantan juga bisa beli tanpa kami harus punya toko di sana," kata Aditya.
Lebih lanjut soal rencana lanjutan dari bisnisnya, Aditya mengatakan Rianty Batik bakal mengembangkan penjualan melalui fitur live streaming di TikTok Shop dan Tokopedia.
"Akan kami gencarkan tahun ini," ujarnya.
Kendati demikian, Aditya mengatakan tidak akan menutup toko offline Batik Rianty. Ia berujar platform digital dibuat bukan untuk menggantikan tetapi menunjang toko offline.
"Apalagi 90 persen pembeli batik kami adalah turis. Saat mereka pulang dan cocok, mereka bisa melihat Rianty Batik ada di Tokopedia sehingga sudah tahu kualitasnya," ujar Aditya.
Selain itu, toko offline dipertahankan karena sebagian besar omzet masih didapat dari penjualan di toko. Meskipun tidak merinci angka omzetnya, Aditya berujar presentase omzet melalui platform digital masih di angka 20 hingga 25 persen.
"Paling banyak di outlet Malioboro," tuturnya.
RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Batal dari Jepang, KRL Impor Cina Baru Beroperasi pada 2025
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini