Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Koordinator Perekonomian Nasution mengatakan pemerintah akan mendongkrak ekonomi digital yang dinilai berperan besar terhadap terhadap perekonomian global. Ia mengutip laporan dari McKinsey Global Institute 2016. Laporan tersebut menjelaskan, kontribusi ekonomi digital (bagian besar dari industri digital) terhadap output perekonomian dunia akan mencapai 22 persen di tahun 2020.
"Kontribusi aplikasi teknologi digital terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Gobal juga diprediksi akan mencapai US$ 2 triliun," katanya di Jakarta, Rabu, 31 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun di sisi lain pasokan tenaga ahli bidang ekonomi digital di Indonesia amat kurang. Karena itu Darmin berencana mempermudah izin tenaga kerja asing untuk bisa menyokong perkembangan e-commerce dan ekonomi digital Tanah Air. "Sebenarnya tidak hanya sektor digital saja yang kami bahas soal izin tinggal dan visanya," kata Darmin di Jakarta, Rabu, 31 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Darmin mengatakan kebijakan ini bisa saja menambah durasi izin tinggal yang saat ini dipatok lima tahun. Selain itu memberikan kemudahan perizinan KITAS dan Visa yang sebelumnya mengharuskan tenaga kerja asing bolak-balik dari negara asal-Indonesia.
Ia melanjutkan, tenaga kerja asing juga akan dibarengi oleh sistem pelatihan tenaga kerja dalam negeri. Tak hanya eksekutif asing saja, mentor dari luar negeri juga bakal ditingkatkan kehadirannya.
Aktivitas perekonomian dalam perdagangan digital atau e-commerce di ASEAN diprediksi meningkat 15 kali lipat hingga 2025 mendatang. Dengan nilai US$ 88 miliar, produk yang akan dominan dalam e-commerce di ASEAN atau Asia Tenggara, tersebar dari pakaian, elektronik, kebutuhan rumah tangga, hingga makanan minuman.
Kinerja industri digital maupun ekonomi digital Indonesia di level Asia Tenggara menang terus meningkat setiap tahun. Peningkatan ini bisa dilihat dari angka transaksi e-commerce yang terus menanjak setiap tahun. Dari Rp 48 triliun di tahun 2015 menjadi hampir dua kali lipat dalam dua tahun, Rp 95,5 triliun hingga November 2017.
Namun demikian, Darmin mengakui, perkembangan industri digital di dunia tidak diimbangi oleh kemampuan logistik dalam negeri yang mumpuni. "Logistik kita kalah efisien, termasuk juga ekspor yang belum efektif," ujarnya.
Darmin mencontohkan, bagaimana produk kayu manis asal Sumatera Barat banyak diperdagangkan di pasar Indonesia melalui perdagangan digital (e-commerce). Namun Indonesia belum banyak mendapatkan manfaat lebih besar, karena masih didominasi oleh marketplace seperti Alibaba. "Itu yang harus dibenahi," kata Darmin.
FAJAR PEBRIANTO | ANDI IBNU
Catatan: artikel ini sudah mengalami perubahan pada Selasa, 6 Februari 2018 pukul 14:09 di alenia ketiga yaitu Darmin berencana mempermudah impor tenaga kerja asing menjadi Darmin berencana mempermudah izin tenaga kerja asing. Koreksi atas masukan dari nara sumber.