Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah membidik angka pertumbuhan ekonomi akan meningkat hingga 5,20 persen pada akhir 2024. Angka itu berbeda tipis dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun ini yang sebesar 5,11 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim dengan angka 5,11 persen, pertumbuhan ekonomi saat ini berada dalam kondisi stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif. “Kita patut bersyukur,” kata dia dalam konferensi pers di kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Selasa, 11 Juli 2024.
Dengan angka itu, Isy optimistis angka pertumbuhan ekonomi akan tumbuh lebih tinggi lagi menjadi 5,20 persen. Hal ini ditopang oleh indeks keyakinan konsumen (IKK) terhadap kondisi ekonomi yang menurut dia, cukup kuat. Pada Juni 2024, IKK mencapai angka 123,3 persen atau berada di level optimis.
“Hal ini pertanda masyarakat kita optimistis terhadap kondisi ekonomi Indonesia,” kata dia.
Angka yang ditargetkan Kemendag berbeda dari perkiraan Center of Reform on Economics (CORE). Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 secara keseluruhan antara 4,9 sampai 5 persen. Dia juga memprediksi besaran yang sama untuk pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2024.
“Belum banyak berubah dibandingkan dengan 10 tahun terakhir dari pemerintahan Jokowi,” ujar Faisal dalam CORE Midyear Economic Review yang dipantau Tempo secara daring, Selasa, 23 Juli 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2014 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,01 persen. Selama hampir sepuluh tahun kemudian, angka itu tak banyak meningkat atau menurun.
Angka prediksi Faisal ini menandakan ada perlambatan dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024. Selama triwulan pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,11 persen. Perlambatan itu terutama disebabkan adanya perlambatan konsumsi rumah tangga. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB).
Faisal membandingkan prediksinya dengan target pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto. Presiden terpilih itu beberapa kali menyatakan janji akan mengerek pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Angka ini lebih tinggi dari target tertulis di Rencana Jangka Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 sebesar 6,5 hingga 7 persen.
“Ini perlu diantisipasi karena sangat mungkin kalau tidak ada terobosan dalam strategi kebijakan ekonomi, maka akan meleset lagi pertumbuhan ekonomi,” kata dia.