Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi IV Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Kementerian Koordinator Perekonomian Rudy Salahuddin mengungkap potensi dari ekonomi digital di Indonesia. Menurut dia, digitalisasi ekonomi mengubah perilaku dan preferensi masyarakat yang semakin menuntut lebih atas layanan publik agar lebih cepat mudah, murah, aman, dan andal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menyerap arus digitalisasi tersebut,” ujar dia dalam acara Open Finance Summit 2023 di Ballroom Thamrin Nine, Jakarta Selatan, pada Rabu, 21 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahun 2022, Rudy melanjutkan, sekitar 40 persen nilai transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia atau mencapai US$ 77 miliar. “Pada tahun 2025 nilai tersebut diprediksi meningkat dua kali lipat menjadi US$ 130 miliar,” ucap dia.
Selain itu, dia juga menuturkan bahwa sektor investasi di sektor digital tumbuh positif. Di mana deal value investasi di Indonesia pada triwulan pertama tahun 2022 sebesar US$ 3 miliar merupakan nilai tertinggi kedua setelah Singapura.
Ditambah lagi, pasar di Indonesia juga prospektif, di mana Indonesia memiliki populasi keempat terbesar di dunia yang sebagian besar berada dalam usia produktif. Di samping itu maturity digital di Indonesia juga baru terjadi di kota besar.
“Sehingga perluasan adopsi digital pada kota di tier kedua dan tier ketiga akan membuka peluang pasar yang lebih tinggi,” tutur Rudy.
Sehingga, dia berujar, dengan prospek tersebut pelaku usaha di Indonesia juga terus tumbuh. Pada tahun 2023, Indonesia menjadi negara dengan peringkat keenam jumlah startup terbanyak, yakni lebih dari 2.400 unit.
“Bahkan 8 unicorn yang kita miliki sekarang ini mayoritas bergerak di bidang e-commerce dan fintech,” kata Rudy.
Dia pun berharap gelaran Open Finance Summit 2023 bisa merumuskan langkah strategis agar digitalisasi bisa memberikan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. “Bagi inklusi ekonomi dan keuangan, dnegan tetap memitigasi berbagai risiko yang akan muncul.”
Karena, menurut dia, pengambangan ekosistem open banking membutuhkan dukungan dari semua pihak baik pemerintah, perbankan, hingga inovator di bidang fintech. Dengan kolaborasi bersama, kata Rudy, Indonesia dapat mengatasi berbagai tantangan dan menciptakan ekosistem open finance yang inklusif, aman dan inovatif. “Akhir kata semoga kesempatan hari ini dapat kita manfaatkan bersama untuk berdiskusi.”