Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank meresmikan Desa Devisa Gula Aren Maros, Sulawesi Selatan, untuk mendorong ekspor nasional.
Dalam peresmian tersebut, LPEI berkolaborasi dengan Kemenkeu Satu dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
"LPEI sebagai perpanjangan tangan pemerintah hadir di sini untuk mendorong peningkatan kompetensi dan kapasitas usaha para penderes hingga akhirnya mereka dapat ekspor secara mandiri dan berkelanjutan,” kata Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 7 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain meresmikan desa devisa, LPEI melaksanakan kegiatan pendampingan dan pelatihan kepada para penderes sebagai langkah konkret melestarikan komoditas gula aren serta mendorong komoditas tersebut mendunia.
Ilham menjelaskan, Desa Devisa Gula Aren Maros menaungi sekitar 2.220 orang penderes yang berasal dari 80 desa. Sekitar 55 persen di antaranya adalah perempuan dan 80 persen penderes diketahui mengalami putus sekolah (SD/SMP).
Desa Devisa Gula Aren Maros akan membuka kesempatan bagi penderes untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus merawat lingkungan dan ekosistem hutan secara berkelanjutan.
Ilham mengatakan saat ini Desa Devisa Gula Aren Maros telah melakukan ekspor ke Belanda dan Korea Selatan dengan kapasitas 18 ton untuk setiap pengiriman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan pendampingan dari LPEI, ia berharap produksi gula aren dari wilayah Maros dan sekitarnya akan meningkat serta memperluas pasar ekspor ke Asia dan Timur Tengah.
Selanjutnya: Dalam pengembangan Desa Devisa Gula Aren Maros, LPEI bekerja sama....
Dalam pengembangan Desa Devisa Gula Aren Maros, LPEI bekerja sama dengan Golata Healthy Brand sebagai lembaga pendamping yang sekaligus akan memfasilitasi hasil panen para petani dari Desa Devisa Gula Aren Maros menuju pasar global.
LPEI akan memberikan serangkaian pelatihan dan pendampingan kepada para penderes dengan melibatkan narasumber yang kompeten di bidangnya.
Ilham berharap program pelatihan dan pendampingan dari LPEI mampu meningkatkan pengetahuan para penderes baik dari aspek produksi, manajemen maupun tata cara ekspor.
Di samping itu, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi secara ramah lingkungan sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasar global serta menjadi model bagi pengembangan desa berkelanjutan.
Ilham menjelaskan bahwa dalam upaya mendukung keberlanjutan lingkungan, Desa Devisa Gula Aren Maros juga melibatkan praktik-praktik pertanian organik dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.
"Salah satunya adalah pengelolaan limbah hasil produksi gula aren untuk diolah menjadi etanol agar dapat dimanfaatkan kembali, sehingga tercipta ekonomi sirkular dan berkelanjutan,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Sulawesi Selatan Djaka Kusmartata menyambut baik program Desa Devisa untuk mendongkrak potensi ekspor gula aren Maros.
"Kesempatan ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para petani. Bea Cukai akan terus membantu dari awal hingga akhir agar pendampingan Desa Devisa dari LPEI dapat dimanfaatkan dengan baik,” pungkasnya.
ANTARA | AISYAH AMIRA WAKANG
Pilihan Editor: Kecelakaan di Pasuruan, Kereta Api Pandalungan Terlambat 150 Menit Tiba di Stasiun Gambir