Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Minta Pemerintah Stabilkan Harga Bahan Pokok, Pedagang Warteg: Pangkas Rantai Distribusi

Himpunan Pedagang Warteg Indonesia (HiPWIn) mendesak pemerintah untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok yang saat ini mengalami lonjakan.

16 Agustus 2022 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Tangerang - Himpunan Pedagang Warteg Indonesia (HiPWIn) mendesak pemerintah menstabilkan harga kebutuhan pokok yang saat ini mengalami lonjakan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Umum HiPWIn Rojikin mengatakan saat ini daya beli masyarakat mulai naik kembali sejak pandemi. Tetapi kondisi ini tidak dibarengi dengan stabilitas harga bahan pokok. "Kami meminta agar pemerintah melakukan cara agar harga kebutuhan pokok kembali normal. HiPWIn siap berkontribusi agar harga bahan baku normal," ujarnya kepada TEMPO, Selasa 16 Agustus 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Rojikin, pemerintah bisa menghubungkan atau memfasilitasi petani langsung dengan pedagang. "Ini untuk memutus rantai distribusi pasokan bahan baku. Karena semakin panjang rantai distribusi harga semakin tinggi," ujar pemilik tujuh Warteg ini. 

Saat ini, kata dia, pedagang warteg masih berada di posisi paling belakang dalam rantai distribusi. Rantai distribusi yang panjang meliputi petani ke pengepul, pasar induk, pasar tradisional dan baru ke pedagang makanan. "Kami pun saat ini melakukan upaya bekerja sama dengan petani langsung atau produsen utama," kata Rojikin. 

Langkah yang dilakukan adalah dengan memasok kebutuhan pokok anggota HiPWIn seperti beras, minyak goreng, gula, kopi, telur dan sebagainya menggunakan Koperasi Usaha Nusantara Jaya (Kuntara). Melalui cara ini, pedagang warteg bisa memangkas rantai distribusi dan menekan biaya. 

Rojikin mengakui sebanyak 20 ribu pedagang Warteg yang tergabung dalam HiPWIn  saat ini dihadapkan dengan dilema kenaikan sejumlah kebutuhan pokok dampak dari naiknya bahan bakar beberapa waktu lalu. "BBM naik berdampak pada membengkaknya biaya distribusi bahan baku," kata dia. 

Selain itu, kata Rojikin, efek berantainya adalah naiknya harga  sejumlah komoditi seperti telur dari Rp 22 ribu perkilo saat ini Rp 27 ribu hingga Rp 30 ribu perkilo, cabe sempat mencapai Rp 100 ribu perkilo, minyak goreng hingga gas Elpiji. "Pokoknya disaat situasi pandemi Covid-19 mulai membaik, kami justru dihadapkan dengan berbagai kenaikan harga," ucapnya.


Siasat Pedagang Warteg 

Rojikin memastikan anggota HiPWIn tidak akan menaikan harga makan atau menu makan meski saat ini dihadapkan dengan kenaikan sejumlah komoditi bahan baku. "Kami masih bertahan tidak menaikan harga, tapi melakukan siasat lain," katanya. 

Untuk itu, kata Rojikin, agar tidak tekor pedagang warteg menyiasatinya dengan mengurangi porsi makanan. "Kalau sebelumnya 2 centong nasi, sekarang porsi 1,5 centong begitu juga dengan lauk pauknya dengan harga yang sama," ucapnya. 

Dengan cara ini, dia berharap tidak akan memberatkan pelanggan. Siasat lainnya, lanjut Rojikin, pedagang warteg terpaksa mengurangi margin atau menekan laba kotor warteg. 

Namun terkait  harga cabe yang saat ini masih tinggi, pedagang warteg menyiasatinya dengan menggunakan cabe super, cabe biasa, cabe rawit  dan cabe hijau. "Yang berpengaruh pada level kepedasan saja," ujarnya. 

JONIANSYAH HARDJONO

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus