Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengobatan Tuberculosis atau TBC memiliki tantangan tersendiri. Memang pasien TBC tak perlu menjalani perawatan di rumah sakit sampai sembuh. Mereka bisa berobat jalan sambil kontrol ke dokter secara berkala. Justru di sinilah tantangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat seseorang berobat jalan, maka ada potensi pasien tidak menjaga asupan makanan dan minuman yang baik, serta minum obat sesuka hati. Padahal proses pengobatan TBC tak boleh terjeda sedikitpun. Sekali saja terjeda atau alpa minum obat, maka pasien harus mengulangi proses pengobatan dari awal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung atau P2PML Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, salah satu tantangan pengobatan TBC adalah proses penyembuhan yang memakan waktu lama dan menuntut kedisiplinan pasien. "Periode pengobatan Tuberculosis membutuhkan waktu enam sampai sembilan bulan," kata Nadia dalam webinar Tubercolosis pada Senin, 14 Juni 2021.Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Dalam rentang waktu tersebut, menurut dia, pasien kerap merasa bosan sehingga putus minum obat. Nadia mengingatkan, Tuberculosis adalah penyakit yang bisa disembuhkan. Dengan begitu, pasien TBC harus optimistis terbebas dari penyakit tersebut.
Indonesia berada di posisi kedua dengan pasien Tuberculosis terbanyak setelah India. Tercatat sekitar 845 ribu kasus TBC biasa dan 24 ribu kasus TBC resisten di Indonesia. "Angka kejadian kasus baru TBC di Indonesia saat ini adalah 312 kasus per 100 ribu penduduk," ucap Nadia.
Baca juga:
Awas, Tuberkulosis Bisa Bikin Pasien Hidup dengan 1 Paru-paru