Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan turut mengenang pendeta senior gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) SAE Nababan sebagai tokoh yang memiliki banyak pengaruh. Luhut mengatakan Nababan ialah salah satu sosok yang visioner.
“Menurut Pak Luhut, beliau (Pendeta Nababan) orang hebat, tokoh visioner yang mempunyai banyak pemikiran bagus untuk negara kita,” ujar Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jodi Mahardi, saat dihubungi Tempo, Ahad, 9 Mei 2021.
Luhut juga mengakui Nababan kerap menjadi kawan debatnya dalam berbagai hal. “Sering menjadi teman berdebat Pak Luhut yang beliau hormati,” tutur Jodi.
Nababan wafat di usia 88 tahun setelah dirawat di RS Medistra Jakarta. Nababan pun dikenal sebagai tokoh gerakan oikoumene nasional dan internasional.
Ia lahir pada 24 Mei 1933 di Tarutung, Tapanuli Utara. Ia merupakan lulusan Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (sekarang STFT Jakarta) 1956 dan pada tahun yang sama ditahbiskan menjadi pendeta.
Sejak muda, Nababan aktif dalam pelayanan ekumenis dan sosial kemasyarakatan. Ia juga dikenal di gerakan ekumenis baik tingkat nasional, Asia, maupun dunia.
Nababan pun berperan cukup lama, dari 1967-1984, sebagai Sekretaris Umum Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) yang kemudian berganti nama menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Ia juga menjadi ketua umum di lembaga ekumenis tersebut pada 1984-1987.
SAE pernah mengemban sejumlah jabatan di berbagai forum ekumenis dunia. Misalnya, Lutheran World Federation (LWF), Christian Conference of Asia (CCA), United Evangelical Mission (UEM) dan Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches, WCC).
Bagi masyarakat Indonesia, namanya lebih dikenal saat menjadi pimpinan (Ephorus) HKBP selama 1987-1998. Di periode kedua kepemimpinannya (1992-1998), rezim Orde Baru melakukan intervensi pada pemilihan pimpinan HKBP.
SAE Nababan termasuk salah satu inisiator untuk mempertemukan tokoh dan kelompok reformasi yang akhirnya melahirkan Deklarasi Ciganjur serta mengamanatkan agenda reformasi Indonesia. Sumbangsih pemikiran SAE Nababan bagi gereja dan masyarakat Indonesia terangkum dalam sejumlah khotbah dan tulisannya, seperti buku berjudul “Selagi Masih Siang” yang telah terbit tahun lalu.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | FRISKI RIANA
Baca juga: Wafat di Usia 88 Tahun, Pendeta Senior HKBP SAE Nababan Dikenal Kritis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini