Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Potensi Energi Baru Belum Sepenuhnya Dieksekusi, ESDM: Butuh Investasi USD 15,9 Miliar

Kementerian ESDM menyebutkan potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia belum sepenuhnya dieksekusi.

25 September 2024 | 10.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyebutkan potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia belum sepenuhnya dieksekusi. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi menyebut saat ini hanya 0,3 persen pemanfaatan EBT yang dilakukan dari total potensi energi yang ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“EBT kita saat ini baru dipakai 0,3 persen diantara 3,4 TeraWatt potensinya,” kata Eniya dalam paparannya pada acara kumparan Green Initiative Conference 2024 pada Selasa, 24 September 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia juga menyinggung potensi energi terbarukan dari sektor laut yang implementasinya masih nol alias belum terealisasi sama sekali. Padahal ada potensi sebesar 63 GW yang seharusnya dapat dimanfaatkan pemerintah. Oleh karena itu, menurutnya perlu dilakukan penelitian energi laut untuk wilayah Indonesia timur.

Potensi EBT yang besar ini menurut Eniya seharusnya dapat digunakan sebaik mungkin untuk dapat menjaga ketahanan energi nasional serta memenuhi target pencapaian bauran EBT. Bahkan menurutnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga terus memberikan perhatian penuh untuk peluang pemanfaatan EBT.

“Potensi dan pemanfaatan EBT menjadi perhatian dari pak Menteri ESDM, beliau selalu menanyakan berapa banyak EBT kita,” ujar Eniya.

Agara pemanfaatan EBT ini dapat direalisasikan secara lebih baik, Eniya mengatakan perlu adanya investasi yang berkualitas. Menurutnya investasi di sektor energi terbarukan masih banyak ketinggalan dibanding sektor-sektor lainnya. Padahal hingga tahun 2030 saja, Eniya mengklaim membutuhkan investasi hingga US$ 15,9 miliar.

“Tentu saja saat ini untuk investasi kita memerlukan investasi US$ 15,9 miliar sampai dengan tahun 2030, ini yang masih banyak ketinggalan,” ucapnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus