Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat resmi memutuskan PT Istaka Karya (Persero) pailit atau bangkrut. Putusan pengadilan Niaga bertanggal 12 Juli 2022 bernomor 26/Pdt.Sus — Pembatalan Perdamaian/2022/PN Niaga Jkt. Pst jo No. 23/Pdt.Sus — PKPU/2012/PN Niaga Jkt. Pst tersebut disampaikan oleh tim kurator pada Jumat, 15 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi tersebut tercatat menggarap sejumlah bisnis konstruksi di Tanah Air. Istaka Karya sebelumnya berdiri sebagai perusahaan konstruksi konsorsium pada 1979 dengan nama PT Indonesian Consortium of Construction Industries (PT ICCI). Perusahaan itu lalu berubah nama menjadi Istaka Karya pada 27 Maret 1986.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah proyek pemerintah yang sempat ditangani Istaka Karya meliputi jalan layang, jembatan, fly over, dan gedung perkantoran. Beberapa proyek-proyek yang sempat digarap oleh Istaka Karya tersebut membentang dari Jakarta hingga Papua, di antaranya adalah:
1. Jalan Layang Kampung Melayu- Tanah Abang
Pembangunan proyek jalan layang Kampung Melayu - Tanah Abang dimulai pada tahun 2010. Namun begitu, dalam perjalanannya sempat tersendat pada 2012 akibat indikasi penyelewengan dana.
Berikutnya, pembangunan dilanjutkan dan diresmikan pada pada Desember 2013 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Proyek itu diprakarsai oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta.
Istaka Karya ikut andil dalam pembangunan proyek jalan layang Kampung Melayu-Tanah Abang yang terbentang sepanjang 2,7 kilometer tersebut. Proyek itu di bagi dalam tiga paket yakni paket Casablanca, paket Prof. Dr. Satrio, dan paket Mas Mansyur.
Selain Istaka Karya, ketiga paket tersebut digarap oleh perusahaan karya BUMN lainnya yakni PT Nindya Karya (Persero) dan PT Wijaya Karya Tbk dengan total investasi Rp 737 miliar. Saat itu, Istaka Karya mengerjakan paket Prof. Dr. Satrio.
2. Jembatan Papua
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mempunyai program pembangunan 35 jembatan di Segmen V lintas Trans-Papua pada tahun 2016. Dari total 35 jembatan yang dibangun, Istaka Karya mengerjakan pembangunan 14 jembatan yang terbentang dari Habema- Mugi.
Dalam perjalanannya, proses pembangunan jembatan itu sempat dihentikan pada Desember 2018. Pasalnya, terjadi pembunuhan 31 pekerja Istaka Karya oleh kelompok bersenjata. Adapun penembakan tersebut terjadi di Kali Yigi dan Kali Aura Distrik Yigi Kabupaten Nduga, Papua.
3. Jalan Tol Cikopo-Palimanan
Berikutnya, Istaka Karya turut andil dalam pengerjaan Seksi ID jalan tol Cikopo-Palimanan dengan nilai kontrak mencapai Rp 370 miliar. Adapun ruas tol tersebut dirancang dalam dalam 6 seksi pengerjaan yakni Seksi I, Cikopo-Kalijati (29.12 kilometer), Seksi II, Kalijati-Subang (9.56 kilometer), Seksi III, Subang-Cikedung (31.37 kilometer), Seksi IV, Cikedung-Kertajati (17.66 kilometer), Seksi V, Kertajati-Sumberjaya (14.51 kilometer), dan Seksi VI, Sumberjaya-Palimanan (14.53 kilometer).
Proyek tol itu dimulai dengan ground breaking oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat pada 8 Desember 2011. Proyek pembangunan tol kemudian diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 13 Juni 2015.
4. Bandar Udara Internasional Yogyakarta
Bandara Internasional Yogyakarta diresmikan pada 28 Agustus 2020. Bandara itu terletak di Kapanéwon Temon, kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dan difungsikan untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Adisutjipto yang sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas penumpang dan pesawat. Bandara tersebut berdiri di tanah seluas 600 hektare dan diperkirakan menelan biaya Rp 9 triliun.
Dalam proyek ini, Istaka Karya membangun Underpass Kentungan dengan anggaran sekitar Rp 110 miliar. Underpass sepanjang 900 meter itu berada di perempatan Jalan Kaliurang-Ringroad Utara, Sleman, Yogyakarta.
Adapun tinggi bebas underpass 5,2 meter dengan lebar 16 meter. Underpass itu terbagi atas dua jalur empat lajur yang dapat dilalui dari Barat (Magelang) ke Timur (Solo) maupun sebaliknya.
Selain 4 proyek itu, Istaka Karya juga mengerjakan design and build pekerjaan penyiapan infrastruktur dasar lainnya. Istaka Karya tercatat membangun menyiapkan desain dan pembangunan fasilitas umum penunjang pariwisata seperti di Pelabuhan Benoa bagian dari Proyek Bali Maritime Tourism Hub.
BISNIS
Baca: Inflasi Selandia Baru Melambung ke 7,3 Persen, Rekor Tertinggi dalam 32 Tahun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.