Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Said Aqil Siradj Kritik Kenaikan Iuran BPJS dan Gas Elpiji

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, mengatakan kenaikan harga meresahkan masyarakat.

1 Februari 2020 | 01.01 WIB

Suasana pengisian gas Elpiji tabung 3 kg di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, 21 Mei 2018. Depot ini mampu mendistribusikan Elpiji 3 kg sebanyak 66.000 tabung per harinya dengan pendistribusian wilayah DKI Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Suasana pengisian gas Elpiji tabung 3 kg di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, 21 Mei 2018. Depot ini mampu mendistribusikan Elpiji 3 kg sebanyak 66.000 tabung per harinya dengan pendistribusian wilayah DKI Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, mengritik wacana pemerintah menaikkan harga sejumlah layanan publik. Dia menganggap ini menyulitkan masyarakat. Alasannya, saat ini saja kondisi masyarakat sedang tertekan secara ekonomi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Perbincangan hangat di masyarakat adalah mengenai kenaikan iuran BPJS kelas III, wacana pembatasan subsidi gas elpiji tiga kilogram, dan rencana impor garam besar-besaran. Terus terang hal ini menjadi keresahan masyarakat," kata Said dalam pidatonya pada acara peringatan Harlah NU ke-94 di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Jumat, 31 Januari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Said, Nahdlatul Ulama meminta pemerintah lebih signifikan hadir di tengah kegelisahan masyarakat soal kondisi ekonomi ini.  

Said berujar dalam menghadapi persaingan ekonomi global saat ini, yang diperlukan adalah revitalisasi gerakan ekonomi nasional. Kebijakan-kebijakan jangka pendek yang bersifat afirmatif, kata dia, masih perlu dilakukan.

Dia meminta pengelolaan sumber alam dan anggaran negara harus berpihak pada masyarakat miskin (mustadh'afin). Dia melontarkan pula kritiknya terhadap pengelolaan sektor-sektor ekonomi strategis yang kini dikuasai segelintir konglomerat.

Said mencontohkan data Otoritas Jasa Keuangan menyebut 33,5 persen aset perbankan di Indonesia masih dikuasai asing. Masyarakat kecil, kata dia, masih sulit untuk mengakses bantuan perbankan.

"Kenyataan yang sering dijumpai, akses perbankan untuk pelaku usaha mikro, kecil dan menengah tidak mudah, berbeda dengan pelaku usaha besar (konglomerat)," kata Said Aqil Siradj.

AHMAD FAIZ

Ahmad Faiz

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus