Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sri Mulyani: Anggaran yang Ditransfer ke Daerah Naik 9 Kali Lipat

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan anggaran yang ditransfer ke daerah selama 10 tahun terakhir naik sekitar 9 kali lipat.

2 September 2024 | 12.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyampaikan tanggapan Pemerintah atas pandangan umum Fraksi soal RUU APBN 2025 dalam Rapat Paripurna ke-4 Masa Persidangan I tahun 2024-2025 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2024. Rapat Paripurna tersebut beragendakan tanggapan Pemerintah terhadap pemandangan umum Fraksi-Fraksi atas RUU APBN tahun 2025 beserta Nota Keuangannya. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memaparkan selama dua puluh tahun terakhir biaya transfer ke daerah (TKD) dari APBN terus membengkak. Pada 2004, ia mengatakan TKD hanya sekitar Rp 100 triliun, tahun ini sudah mencapai Rp 857. Bahkan dalam RAPBN 2025 dianggarkan lebih dari RP 900 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bendahara negara itu menekankan kenaikan utang yang kerap ditanyakan juga sejalan dengan laju kenaikan belanja lain termasuk dana yang ditransfer ke daerah. “DPD kan waktu itu juga menanyakan mengenai utang. Jadi melihat utang naik, tapi lupa melihat banyak yang lain juga naik, mungkin ini untuk menetralisir,” kata dia dalam rapat dengan Komite IV DPD RI di Senayan, Senin 2 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semenjak otonomi daerah diimplementasikan, Sri Mulyani mengatakan terjadi transfer yang mengalami peningkatan terus menerus. “Ini menggambarkan kenaikan lebih dari 9 kali lipat,” kata dia.

Berbagai kebijakan dan Undang-Undang baru ditengarai menyebabkan transfer ke daerah meningkat. Seperti otonomi khusus papua tahun 2002, otonomi khusus Aceh pada 2008 dan Papua Barat pada 2009. Setiap kali ada ide kebijakan baru masuk, ia berujar, akan menambah jumlah transfer daerah, sehingga APBN yang menanggung beban perlu dijaga.

Penguatan dan tata kelola APBD menurut dia masih perlu ditingkatkan. Musababnya, banyak daerah dengan transfer meningkat, namun  masih perlu mengnyinergikan prioritas sesuai kemampuan APBN, sehingga dampak pembangunannya seharusnya lebih tinggi. 

“Pengelolaan fiskal daerah harus semakin ditingkatkan, karena kalau tidak daerah hanya menunggu saja dari transfer, mereka sebetulnya memiliki resource dan bisa melakukan berbagai inovasi dari APBD-nya” kata Sri Mulyani.

Ia mewanti-wanti daerah, agar tidak terjadi masalah pengelolaan keuangan seperti di Amerika Latin yakni Brasil dan Argentina. Daerah-daerah di negara tersebut melakukan ekspansi APBD dengan tidak disiplin, sehingga menimbulkan berbagai dampak yaitu dampak kesehatan anggaran. Imbasnya terjadi penurunan tajam pada APBN-nya dan menimbulkan krisis.

Menyitir portal data APBN Kementerian Keuangan, transfer ke daerah memakai porsi anggaran negara terbesar, diikuti biaya bunga utang lalu belanja barang. Pada 2015, awal Presiden Jokowi menjabat, TKD menyerap sebesar Rp 573,7 triliun. Di akhir pemerintahan atau tahun ini, transfer ke daerah dianggarkan sebesar Rp 881 triliun, dan tahun depan ditargetkan Rp 919 triliun.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus