Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta para pejabat yang membidangi fungsi peternakan menggunakan cara-cara yang luar biasa dalam memenuhi kebutuhan sapi dan pangan hewani di Indonesia. Hal itu dia sampaikan dalam acara Workshop Penajaman Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2020 di Depok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk pemenuhan pangan hewani dalam negeri, semua harus di-PAKSAKAN, yaitu singkatan dari Planning yang benar, Atensi yang besar, Knowledge, Skill, Action, dan Komitmen Atas dasar Negeri," kata Syahrul dalam keterangan tertulis, Rabu, 29 Januari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia berpesan agar semua kegiatan peningkatan produksi peternakan dapat dipantau dan dikontrol melalui Agriculture War Room (AWR) dan Agriculture Operation Room (AOR). "Pasang chip di semua sapi, saya ingin bisa memantau sapi itu ada di mana, merumput di mana, diberikan pada peternak yang mana, bagaimana kondisinya, semua itu harus bisa dikontrol dengan AWR," ujarnya.
Syahrul juga berharap dengan penggunaan teknologi digital seperti itu, dapat mendorong pengembangan peternakan sapi di seluruh wilayah Indonesia seperti halnya di Aceh maupun Papua. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita memberikan contoh bagaimana Provinsi Bali bisa berhasil meningkatkan produksi sapinya dengan memaksakan usaha yang selama ini dianggap tidak mungkin terjadi.
“Saya bilang ke Pak Gubernur, tidak ada jalan lain kecuali dipaksakan. Tadinya selalu dibilang tidak bisa, namun setelah kita bahas dan dilaksanakan, pelan-pelan ternyata bisa dilaksanakan," kata Ketut.
Ketut juga menjelaskan bahwa Program Sejuta Sapi di Bali sangat didukung oleh Menteri Pertanian yang beberapa waktu lalu berkunjung ke sana. Dia mengatakan pada Tahun Anggaran 2020, Ditjen PKH berfokus pada peningkatan populasi dan produksi, serta peningkatan ekspor komoditas/produk ternak.
"Kita punya kegiatan Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan) dengan target kelahiran 4 juta ekor melalui program inseminasi buatan dan kawin alam. Ditjen PKH juga akan melakukan peningkatan populasi sapi dalam negeri melalui impor indukan sapi," ungkap Ketut.
Selain itu, tambahnya, Ditjen PKH juga akan mengenjot ekspor produk peternakan dalam rangka mendukung program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) Menteri Pertanian.
Adapun kegiatan lain yang menjadi fokus adalah peningkatan status kesehatan hewan melalui penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS), optimalisasi lahan sawit untuk usaha ternak sapi melalui integrasi sapi sawit, dan penurunan pemotongan betina produktif dalam mendukung peningkatan populasi dan produksi.
"Untuk mengakselerasi kinerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, kita dorong peningkatan pemanfaatan dan aksesibilitas KUR dengan target Rp 9,01 triliun, peningkatan investasi dengan target 3,80 triliun, dan pengembangan UMKM sebagai lembaga penggerak dan pendorong usaha ekonomi peternakan dengan target 700 unit," ujar Ketut.