Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

3 Cara Menangani Kesehatan Mental Psikosis

Menangani psikosis dapat berarti belajar mengenali tanda-tanda awal, memiliki rencana dukungan krisis, dan menjaga kebiasaan sehat jangka panjang.

9 Oktober 2023 | 13.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Orang tua melakukan konsultasi di bagian perawatan anak-anak RS Jiwa Provinsi Jawa Barat di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Kamis 27 Februari 2020. Kecanduan gadget adalah salah satu penyebab meningkatnya depresi, autisme, bipolar, psikosis, dan anti sosial. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Psikosis merupakan kondisi mental yang memengaruhi pemikiran, persepsi, emosi, dan keterhubungan seseorang dengan realitas. Pengalaman psikosis dapat melibatkan halusinasi, delusi, pikiran dan pikiran tak teratur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menangani psikosis dapat berarti belajar mengenali tanda-tanda awal, memiliki rencana dukungan krisis, dan menjaga kebiasaan sehat jangka panjang. Lantas, penanganan apa saja yang dapat dilakukan untuk kesehatan mental psikosis?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Kenali tanda-tanda awal psikosis

Psikosis melibatkan pengalaman palsu, namun ada tanda peringatan lain yang juga perlu diwaspadai. Menjelang episode psikosis, Anda mungkin mengalami perubahan yang dapat dianggap sebagai stres, penyakit, atau kelelahan.

Anda juga mungkin merasa adanya perubahan dalam pola berpikir Anda, meskipun perubahan tersebut mungkin sulit dijelaskan.

“Pengenalan tanda-tanda peringatan dini merupakan aspek kunci dalam hal ini. Hal-hal seperti perubahan pola tidur, perasaan tidak nyaman, ketidakpercayaan, dan keinginan untuk mengisolasi diri adalah gejala awal yang sangat umum,” kata praktisi psikiatri Tiffany Freeman dikutip dari Psych Central.

Ketika Anda dapat mengenali gejala awal psikosis, Anda dapat segera menghubungi jaringan dukungan dan tim layanan kesehatan Anda.

Tanda-tanda peringatan dini psikosis dapat mencakup kesulitan berkonsentrasi, berkurangnya prestasi kerja atau sekolah, tumbuhnya kecurigaan atau perasaan tak nyaman, kurang memperhatikan kebersihan diri, isolasi mandiri, serta emosi tanpa alasan yang jelas, atau kurangnya emosi. Namun, tanda-tanda awal psikosis bisa berbeda pada tiap orang. 

2. Perawatan intervensi

Dikutip dari Psychology Today, ada kebutuhan besar akan perawatan yang menguatkan neurodivergen dalam komunitas kesehatan mental serta pertimbangan tentang bagaimana pendekatan psikosis pada individu autis. 

Sebagai catatan, sebuah penelitian terhadap 638 orang yang mengalami episode pertama psikosis menemukan bahwa remaja autis cenderung tak memberikan respons positif terhadap antipsikotik. Penelitian diperlukan untuk mengeksplorasi intervensi yang efektif bagi individu autis yang mengalami psikosis.

Jika mengalami episode psikosis pertama, Anda mungkin akan dirujuk ke tim intervensi dini. Ini adalah tim profesional kesehatan yang dibentuk khusus untuk menangani orang-orang yang pernah mengalami episode psikosis pertama.

Tergantung pada kebutuhan perawatan Anda, tim intervensi dini bertujuan untuk menyediakan penilaian penuh atas kebutuhan pasien, obat, terapi berbicara, intervensi sosial, serta pekerjaan dan pendidikan.

Namun demikian, perawatan untuk psikosis akan berbeda-beda, tergantung penyebab yang mendasarinya. Anda akan menerima perawatan khusus jika Anda juga didiagnosis menderita kondisi kesehatan mental yang mendasarinya.

3. Antipsikotik

Dikutip dari National Health Service, obat antipsikotik biasanya direkomendasikan sebagai pengobatan pertama psikosis. Obat itu bekerja dengan memblokir efek neurotransmiter, seperti dopamin, yaitu bahan kimia yang mengirimkan pesan di otak.

Antipsikotik biasanya dapat mengurangi perasaan cemas dalam beberapa jam penggunaan, namun mungkin memerlukan waktu beberapa hari hingga pekan untuk mengurangi gejala psikotik, seperti halusinasi atau pikiran delusi.

Antipsikotik dapat diminum atau diberikan melalui suntikan. Ada beberapa antipsikotik slow release, di mana Anda hanya memerlukan suntikan setiap 1 hingga 4 pekan sekali.

Namun, obat-obatan itu tak cocok atau efektif untuk semua orang, karena efek sampingnya dapat mempengaruhi orang secara berbeda.

Secara khusus, antipsikotik (penanganan psikosis dengan obat) akan diawasi secara ketat pada orang yang juga menderita epilepsi, kondisi yang menyebabkan kejang. Orang yang memiliki penyakit kardiovaskular, kondisi yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, atau sirkulasi, seperti penyakit jantung  juga akan diawasi secara ketat.

PSYCHOLOGY TODAY | NHS | PSYCHCENTRAL
Pilihan editor: Bagaimana Kemungkinan Kaitan Autisme dan Psikosis

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus