Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang remaja di Inggris, Chloe Longster, meninggal dunia karena sepsis. Kematian gadis berusia 13 tahun itu telah meningkatkan kewaspadaan warga di sana terhadap penyakit yang sering disalahartikan sebagai keracunan darah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepsis merupakan respons sistem imun tubuh yang bisa menyebabkan gangguan organ-organ dan berakibat syok sepsis dan bisa mengancam nyawa. Gejalanya bervariasi, tergantung usia pasien dan berapa lama penyakit tersebut tak diobati. Organisasi Kesehatan Dunia menyebut hampir separuh penderita sepsis adalah anak balita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Longster sendiri wafat setelah terlambat terdiagnosis dan mendapat perawatan. Selain anak-anak, sepsis juga rentan dialami lansia, ibu hamil, dan orang yang sudah memiliki komplikasi penyakit. WHO menyebut gejala awalnya adalah demam atau menggigil, kebingungan, sulit bernapas atau tersengal, berkeringat, nyeri parah, detak jantung cepat, tekanan darah rendah, dan volume urine berkurang.
Akan tetapi, gejala pada anak mungkin tak sama, meliputi:
-Napas cepat
-Kulit pucat
-Lesu
-Susah bangun tidur
-Terasa dingin saat disentuh.
Dampak jangka panjang
Anak balita juga bisa mengalami gangguan makan, sering muntah, dan jarang kencing. Kadang juga muncul ruam pada usia berapa pun. Perawatan sepsis harus dilakukan di rumah sakit setelah ada diagnosa untuk memperbesar harapan hidup.
Biasanya pasien akan diberi antibiotik dalam satu jam setelah tiba di rumah sakit. Pengobatan lain termasuk perawatan di ruang intensif (ICU), penggunaan ventilator, dan operasi untuk membuang infeksi yang disebabkan sepsis, seperti dilansir Express.
Kebanyakan pasien bisa sembuh total jika pendapat perawatan yang layak. Namun, sebagian orang mengalami dampak jangka panjang yang disebut sindrom pascasepsis dengan gejala meliputi:
-Merasa sangat lelah dan lemah serta sulit tidur.
-Tidak nafsu makan.
-Lebih sering sakit.
-Perubahan suasana hati, depresi, atau kecemasan.
-Mimpi buruk atau sering mengingat masa lalu.
-Gangguan stres pascatrauma (PTSD).