Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Arak-Arakan Grebeg Mulud Tiada, Keraton Yogyakarta Tetap Bagikan Rengginang

Pelaksanaan Hajad Dalem dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Yogyakarta kali ini masih mengedepankan protokol kesehatan.

19 Oktober 2021 | 12.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Perayaan Grebeg Mulud untuk peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW tahun 2021 di Keraton Yogyakarta kembali digelar sederhana tanpa arak-arakan gunungan dan prajurit pada Selasa, 19 Oktober 2021. Perayaan hanya dilakukan dengan membagi-bagikan ubarampe (sejenis sesaji) berupa rengginang di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebanyak 2.700 buah rengginang itu dibagikan ke tiga peruntukan, seperti halnya pelaksanaan Grebeg pada umumnya. Yakni kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta, Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan. Selain ubarampe rengginang, keraton tetap membagikan uang logam dan beras sebagai simbol dari prosesi udhik-udhik yang biasanya disebarkan langsung ke masyarakat saat perayaan Mulud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura atau Sekretaris Keraton Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Condrokirono menuturkan bahwa pelaksanaan Hajad Dalem peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini masih mengedepankan protokol kesehatan untuk mengantisipasi penularan Covid-19. “Hal ini dilakukan untuk menaati anjuran pemerintah sekaligus meminimalisir penyebaran Covid-19 di Yogyakarta sehingga pelaksanaan prosesi Garebeg disederhanakan dengan pembagian ubarampe saja," kata Condrokirono.

Condrokironi mengatakan peniadaan arak-arakan prosesi ini sudah dilakukan sejak pelaksanaan Garebeg Sawal pada 2020 atau masa-masa awal pandemi Covid-19.

Sementara itu, Gamelan Sekati yang biasanya dikeluarkan dari keraton dan ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe untuk dibunyikan selama satu minggu, saat ini tidak dilakukan. “Prosesi Miyos Gangsa (keluarnya Gamelan Sekati dari keraton ke pagongan) dan Kondur Gangsa (kembalinya Gamelan Sekati dari pagongan ke keraton) termasuk udhik-udhik tidak dilakukan, sama seperti tahun lalu,” kata putri kedua Raja Keraton Yogya Sri Sultan Hamengku Buwono X itu.

Meski arak-arakan gunungan dan prajurit ditiadakan, kata Condrokirono, esensi dari pelaksanaan Garebeg tidaklah hilang yaitu sebagai perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi yang dibagikan kepada rakyatnya. Hal ini adalah bentuk konsistensi keraton dalam melestarikan budaya dalam berbagai situasi. 

Segala kegiatan pementasan paket wisata di Keraton Yogyakarta juga masih diliburkan hingga waktu yang tidak dapat ditentukan. Meski begitu, pada masa pandemi ini, Keraton Yogyakarta justru makin giat menghadirkan konten seputar keraton melalui media sosial dan YouTube Kraton Jogja yang dikelola Tepas Tandha Yekti. 

Walaupun prosesi Miyos Gangsa dan Kondur Gangsa ditiadakan, Keraton Yogyakarta tetap berupaya untuk melakukan edukasi budaya dengan meluncurkan 11 video tutorial Macapat, tepat pada Selasa, 12 Oktober lalu, tanggal yang seharusnya digelar prosesi Miyos Gangsa. Kesebelas tembang ini narasinya diambil dari teks Sapa Aruh yang disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X selama periode Februari hingga Juli 2021.

Adapun 11 tembang tersebut antara lain Mijil Sekarsih Slendro Manyura,
Kinanthi Sekar Gadhung Pelog Bem, Sinom Grandhel Pelog Barang, Asmaradana Kedhaton Slendro Manyura, Gambuh Panglipur Slendro Manyura, Dhandhanggula Kanyut Pelog Bem, Durma Dhendharangsang Slendro Manyura, Pangkur Ngrenas Pelog Bem, Megatruh Wuluh Gadhing Slendro Manyura, Pocung Madusita Pelog Barang, dan Mas Kumambang Limrah Pelog Bem.

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhomardowo, Kanjeng Pangeran Hario (KPH) Notonegoro mengatakan bahwa peluncuran video tutorial Macapat kedua ini merupakan respons atas tingginya minat masyarakat pada video tutorial Macapat pertam yang telah diluncurkan pada 2020. “Kami mengapresiasi antusias masyarakat atas tanggapan dan respons yang baik pada peluncuran video tutorial Macapat tahun 2020 lalu,” kata dia.  

KPH Notonegoro mengatakan selain bertujuan sebagai sarana edukasi virtual mengenai keraton Yogyakarta, konten tersebut diharapkan dapat menjadi referensi kegiatan dan sajian budaya yang dapat dinikmati dan dipraktikkan masyarakat sembari tetap beada di rumah. Seluruh tutorial Macapat tersebut dapat disaksikan melalui kanal YouTube: Kraton Jogja. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus