Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Didi Kempot adalah seorang penyanyi papan atas di genre musk campursari. Dia cukup produktif dalam membuat lagu yang sebagian besar bertema patah hati. Lagu-lagu itu membuat penggemarnya menyematkan julukan Godfather of Broken Heart alias Dewa Patah Hati kepadanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga kini, Didi Kempot mengklaim telah membuat 700-an lagu. "Saya aktif menulis lagu sejak menjadi pengamen," kata pada Minggu, 16 Juni 2019. Didi menjadi pengamen keliling di Solo dan Jakarta pada 1984 hingga dia akhirnya masuk dapur rekaman pada 1989.
Didi Kempot memilih berkarier di bidang musik bergenre campursari yang non-mainstream. Dengan begitu, menurut dia, harus selalu ada lagu-lagu baru agar para pecinta musik ini tidak bosan. Terlebih musik campursari bersaing dengan musik modern.
Setidaknya Didi Kempot membuat lima hingga enam lagu baru setiap tahun. "Setiap ada waktu senggang saya mengarang dan menuliskannya dalam secarik kertas," katanya. Jika sudah lengkap, barulah dia mengambil gitar untuk membuat aransemennya.
Penyanyi campursari Didi Kempot. TEMPO | Ahmad Rafiq
Meski sudah memasuki era telepon pintar, cara menulis lirik dengan kertas dan pulpen kemudian mengaransemen lagu dengan gitar tetap dia pertahankan. "Maklum, kebiasaan dari era Ketoprak Tobong masih terbawa," katanya.
Didi Kempot memang terlahir dari keluarga seniman Ketoprak Tobong yang bermarkas di Balekambang. Ayahnya, Ranto Edi Gudel adalah seorang seniman ketoprak dan dagelan. Mereka hidup dalam sebuah komunitas seniman jalanan.
Ada alasan tersendiri bagi Didi Kempot sehingga lebih memilih membuat lagu-lagu patah hati. "Orang tidak sekadar mendengarkan tapi pasti juga meresapi liriknya," katanya. Hal itu juga yang membuat banyak orang hafal dengan lagu-lagunya.
Sama seperti seniman lain, Didi Kempot prihatin dengan masih maraknya pembajakan atas karya seni. Sebagai seorang pengarang lagu, kondisi ini membuatnya sedih. "Dari sekian banyak kaset dan CD yang beredar, justru sebagian besar merupakan bajakan," katanya.
Di era serba digital ini, Didi Kempot juga mencoba banting setir dengan membuat konten di Youtube. Salah satu lagunya, Banyu Langit sudah disaksikan oleh 27 juta orang. "Hitung-hitungan penghasilannya lebih jelas dan transparan," katanya.
Namun demikian, masih ada saja orang yang menduplikasi video yang diunggahnya di situs berbagi video tersebut. "Ternyata pembajak di dunia maya tetap sama kejamnya," tutur Didi Kempot.