Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kendari - Sejumlah komunitas peduli lingkungan kompak melakukan aksi bersih sampah di kawasan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi yang berada di wilayah pesisir Desa Sombano, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi. Tumpukan dan serakan sampah di pesisir pantai Sombano membuat kawasan itu terlihat tidak asri dan kumuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegiatan peduli basmi sampah yang dinamakan Beach Clean Up itu berhasil mengumpulkan 1,7 ton sampah hanya dalam tempo 2 jam. Para relawan bergotong-royong memunguti sampah-sampah yang berserakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Dibuka, Feri Rute Baru di Wakatobi
Sampah-sampah yang dikumpulkan jenisnya beragam, mulai dari plastik, alumunium, hingga botol kaca. Sampah itu dikumpulkan oleh sekitar 100 relawan dari kelompok ekowisata, World Wide Fund for Nature (WWF), Taman Nasional SPTN II dan Polsek setempat, Minggu 25 Juni 2018.
Kepala Desa Sombano, La Ode Folio, menyampaikan apresiasinya kepada para relawan yang menyempatkan waktunya bersama warga untuk membersihkan wilayah pesisir pantai Sombano yang masuk dalam bagian Kawasan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi itu. Menjaga kebersihan kawasan pesisir pantai juga untuk menarik kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara ke Wakatobi.
Pihaknya berharap aksi ini tidak berhenti. Dia berharap aksi itu juga bisa diikuti oleh desa-desa yang ada di Wakatobi. Menurut Folio, Wakatobi sebagai satu dari 10 destinasi lokasi wisata populer di Indonesia harus menjaga kondisi lingkungan dan alamnya.
"Saya tak menyangka bahwa aksi yang dilakukan hanya 2 jam, kita bisa mengumpulkan sampah sebanyak 1,7 ton. Semoga di desa pesisir yang lain juga melakukan hal yang sama, sehingga tidak ada alasan lagi bahwa sampah tersebut adalah sampah bawaan," ujar Folio
Hardin, salah seorang relawan Beach Clean Up menyatakan komitmennya menjaga kebersihan lingkungan. Menurut dia sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang berbahaya, karena sifatnya yang tidak pernah hancur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sampah plastik yang ada di laut tidak akan pernah bisa hancur tetapi berubah bentuk menjadi biji plastik dengan partikel yang sangat halus sehingga dapat berakibat buruk terhadap lingkungan terutama pada kesehatan.
"Maka perlunya kesadaran bagi kita semua untuk memulai membuang sampah pada tempatnya. Untuk saat ini sampah bisa di bakar namun ke depan, sebaiknya ada pengelolaan sampah yang jauh lebih baik lagi di Wakatobi," ujar Hardin yang juga Koordinator Komunitas Kamelia, salah satu komunitas peduli wilayah pantai di Wakatobi.
Kegiatan ini, lanjut Hardin, bisa menjadi aksi kecil untuk membuat semua menyadari efek buruk dari sampah plastik terhadap lingkungan dan kesehatan. Berdasarkan laporan dari masyarakat, lokasi sampah yang menjadi target aksi berikutnya adalah Kaswari, Langge, dan Hoga.
Artikel Lain: Di Wakatobi Bermain dengan si Nemo
ROSNIA