Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Advokat Lingkar Ganja Nusantara, Singgih Tomi Gumilang, mengatakan kebanyakan orang menggunakan ganja untuk alasan medis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya ketemu penderita penyakit susah fokus, bipolar, depresi, mereka memakai ganja dengan alasan meredakan gejala psikis," kata Tomy dalam diskusi di akun Youtube VOI, Kamis, 18 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tomy mengatakan, kebanyakan orang juga membeli ganja sesuai dengan kondisi keuangan pada hari itu. Misalnya, jika punya uang Rp 100 ribu, maka orang tersebut akan membeli paket ganja senilai Rp 25 ribu.
Selain itu, pengguna ganja kebanyakan sudah menggali pengetahuan terlebih dulu terkait pengobatan ganja medis. Sehingga, kata Tomy, timbul keberanian untuk mengkonsumsi. "Teman-teman itu pakai ganja memang sudah membaca literatur dan yakin ganja adalah obatnya."
Proses tubuh terbiasa dengan ganja, kata Tomy, juga tidak menimbulkan ketagihan secara fisik seperti narkotika. Tetapi ganja hanya memiliki tuntutan adiksi psikis.
Sementara itu, Anggota Komisi Hukum DPR, Hinca Panjaitan, mendesak Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto melakukan riset tentang penggunaan ganja untuk medis.
"Menteri Kesehatan tebus kesalahan menteri lalu, lakukan riset," kata Hinca dalam diskusi di akun Youtube VOI, Kamis, 18 Juni 2020.
Menurut Hinca, perdebatan tentang ganja dari sisi kesehatan tidak pernah diselesaikan untuk diteliti. Di sisi lain, revisi UU Narkotika saat ini juga menjadi prioritas. Hinca berharap, penelitian terhadap ganja dilakukan terlebih dulu sebelum revisi UU Narkotika.