Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kota Tangerang -Dalam sebulam terakhir di banyak wilayah di Jabodetabek terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kilogram alias tabung melon. Belakangan terungkap ada praktek kotor yang manipulatif di Kelurahan Nerogtog, Pinang, Kota Tangerang.
Dalam praktiknya, Frengki, 30 tahun pemilik 'pabrik' mempekerjakan 59 orang mulai dari tukang suntik gas, sopir truk dan pick up untuk pendistribusian barang hingga pekerja yang mencari bahan gas berupa gas melon bersubsidi pemerintah.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan F ini memerintahkan anak buahnya untuk mencari bahan gas melon dengan membayar lebih tinggi ketimbang harga eceran atau harga pasar.
Baca : Pemerintah Depok Temukan 300 Tabung Gas Elpiji Diduga Oplosan
Mereka membeli gas melon per tabung Rp 21 ribu dari harga pasar eceran terendah Rp 17 ribu. "Pedagang senang dibeli banyak. Dia keliling ke pengecer beli gas lalu ditimbun di sini untuk dipindahkan ke tabung ukuran lain," ujar Setyo di Tangerang, Jumat, 12 Januari 2018.
Setelah tabung banyak ditimbun, mulailah menyuntikan gas itu. Caranya dengan memindahkan dengan selang dari tabung melon ke tabung ukuran 12 kilo. Diperlukan 4 tabung melon ke tabung ukuran 12 kilo. Sedangkan dibutuhkan 17 tabung gas melon ke ukuran 50 kilo.
Berapa harga yang dijual ke pasaran? Dalam pengakuan kepada polisi, F mendistribusikan gas ukuran 12 kg dengan harga di bawah pasar yakni Rp 120-130 ribu, sementara harga pasaran Rp 160 ribu. "Ada selisih Rp 30 ribu untuk ukuran 12 kilogram dan Rp 100 ribu selisihnya untuk ukuran 15 kilo,"kata Setyo.
Hasil gas suntik ukuran 50 Kg dijual dengan harga Rp 450 ribu atau dibawah harga pasaran Rp.550 ribu. Tersangka kata Setyo membeli dengan harga tinggi untuk gas melon sebagai bahan dan hasil penyuntikan dia jual dengan harga di bawah pasar. ini trik tetap dapat keuntungan sebab yang dibeli adalah gas subsidi pemerintah.
"Kelihatannya gas suntikan murah, tapi ini berbahaya, ada potensi meledak sebab karetnya juga tidak pabrikan, tutup tabung dipalsukan pula," kata Setyo.
Bahkan penutup tabung bertuliskan Pertamina, dipalsukan . "Masyarakat harus teliti sebab sulit membedakan asli atau palsu. Sebab mereka gunakan tutup tabung Pertamina, "ujar Setyo.
Dari hasil produksi per hari rata rata 1.000 tabung gas elpiji 12 dan 50 Kg itu, dalam sebulan omset penjualan mencapai Rp 600 juta. " Ini sangat merugikan masyarakat, dan ini manipulasi yang dilakukan tersangka dengan mencari keuntungan," kata Setyo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini