Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ferdy Sambo terlihat tidak memakai sarung tangan hitam saat turun dari lantai tiga rumah pribadi di Jalan Saguling 3, Jakarta Selatan, 8 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini terlihat dalam rekaman CCTV yang diputar oleh pemeriksa digital forensik Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri Heri Prayitno saat menjadi saksi ahli sidang pembunuhan berencana dengan terdakwa Ferdy Sambo cs yang dihadirkan jaksa penuntut umum di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 20 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam rekaman CCTV di rumah Saguling, Ferdy terlihat turun dari lantai tiga menggunakan lift. Ia mengenakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) seragam cokelat polisi lengan panjang dan celana panjang cokelat berkantong di sisi kanan dan kiri. Namun ia terekam tidak mengenakan sarung tangan hitam.
Mantan Kepala Divisi Propam itu turun dari lantai tiga setelah rombongan mobil Putri Candrawathi bersama korban almarhum Brigadir Yosua dan tiga terdakwa lain meninggalkan rumah Saguling. Mobil Lexus LM putih membawa Putri Candrawathi, Kuat Ma’ruf, Ricky Rizal, Richard Eliezer Pudihang Lumiu, dan korban Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Ferdy Sambo tiba di rumah dinas Duren Tiga disopiri Prayogi dan dikawal ajudannya Adzan Romer. Saat turun dari mobil ia diduga menjatuhkan pistol HS-9 milik Yosua. Rommer sempat ingin mengambil, tetapi keduluan atasannya. Ketika berjalan masuk terlihat CCTV merekam Yosua berada di halaman rumah.
Selanjutnya kesaksian Romer...
Dalam kesaksian Romer dan surat dakwaan, Romer saat itu hendak mengambil pistol HS yang terjatuh ketika Ferdy Sambo turun. Namun Ferdy Sambo lebih dahulu memungutnya. Adegan pistol jatuh ini tidak terlalu jelas karena kamera CCTV terhalang mobil dinas.
Baca juga: Saksi Ahli Putar Rekaman CCTV, Kuasa Hukum Ferdy Sambo: Brigadir Yosua Tidak Dikawal Siapa pun
Kemudian Ferdy Sambo terlihat berjalan masuk melalui pintu samping. Ia mengenakan pakaian dinas lapangan (PDL). Romer mengawalnya dari belakang sampai Ferdy masuk gerbang. Sementara Prayogi memundurkan mobil dinas.
Dalam kesaksian sebelumnya, Adzan Rommer mengatakan senjata yang jatuh dari kantong celana Ferdy Sambo di hari pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat adalah senjata jenis HS.
Hal ini diungkapkan oleh Romer saat dicecar oleh kuasa hukum terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi saat ia menjadi saksi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 22 November 2022.
“Apakah senjata HS itu (yang jadi bukti) yang saudara lihat (jatuh)?” tanya Arman.
“Saya tidak tahu, tapi saya pastikan yang jatuh itu HS,” kata Romer.
“Kenapa saudara bisa pastikan itu HS? Tadi saudara dilihatkan majelis hakim saudara tidak tahu senjata itu yang jatuh atau tidak,” tanya Arman.
“Saya tidak tahu Pak karena saya tidak tahu nomornya. Tapi kalau senjata yang jatuh saya bisa bedakan,” jawabnya.
Keterangan Romer ini sekaligus membantah keterangan Ferdy Sambo pada sidang 8 November lalu. Ferdy Sambo mengatakan pistol yang jatuh saat ia turun dari mobil di dekat rumah dinasnya adalah pistol Wilson Combat.
“Senjata yang jatuh bukan senjata HS, tetapi senjata pribadi saya, Wilson Combat, yang memang mirip dengan senjata yang ditampilkan,” kata Ferdy Sambo.
Dalam keterangan sebelumnya, Romer mengatakan Ferdy Sambo tidak melarangnya mengambil pistol yang jatuh, tetapi keduluan diambil oleh Ferdy Sambo. Sementara dalam keterangan Berita Acara Pemeriksaan Romer sebelumnya, ia mengaku dilarang mengambil pistol oleh Ferdy Sambo.
“Izin Yang Mulia, tidak dilarang. Cuma keduluan Yang Mulia,” kata Romer.
“Oh tidak dilarang. Keduluan oleh Saudara Ferdy Sambo mengambil senjata tersebut?” tanya hakim untuk memastikan.
“Betul, Yang Mulia,” ujar dia.
Selanjutnya, dakwaan Ferdy Sambo...
Dalam surat dakwaan Ferdy Sambo yang dibacakan 17 Oktober lalu, Ferdy Sambo sempat menjatuhkan senjata api jenis HS milik Nofriansyah Yosua Hutabarat saat turun dari mobil di dekat rumah dinasnya. Adzan Romer kemudian berupaya mengambil senjata atasannya namun dilarang. Ferdy juga mengklaim senjata yang jatuh bukanlah HS, tetapi jenis Wilson Combat.
“Saya tegaskan bahwa tidak pernah mengenakan sarung tangan ketika turun dari kendaraan. Senjata yang jatuh bukan HS, tetapi senjata pribadi saya berjenis Wilson Combat,” kata Ferdy Sambo saat sidang 8 November kemarin.
Dalam kesaksian 31 Oktober lalu, Romer mengatakan melihat Ferdy Sambo memasukkan pistol HS ke saku sebelah kanan celana Pakaian Dinas Lapangan (PDL). Setelahnya ia hanya menunggu di luar ketika Ferdy Sambo ke dalam lewat pintu garasi samping. Dari luar pagar Romer masih melihat Ricky Rizal dan Yosua yang saat itu masih hidup ketika Ferdy Sambo masuk.
Dalam dakwaan, Richard Eliezer juga melihat Ferdy Sambo mengenakan sarung tangan hitam setelah Richard kembali ke lantai tiga untuk menyerahkan pistol Yosua HS berseri H233001 kepada Sambo.
“Senjata itu adalah yang disita oleh Ricky Rizal saat di Magelang, bersama dengan senjata laras panjang Steyr AUG milik Yosua,” kata JPU.
Dalam rincian dakwaan, Ferdy Sambo disebut marah setelah mendengar keterangan sepihak dari istrinya, Putri Candrawathi yang mengaku dilecehkan Yosua di Magelang pada 7 Juli 2022. Ia pun lantas memanggil ajudannya Ricky Rizal menggunakan handie talkie (HT) ke lantai tiga.
Ricky Rizal didakwa membantu pembunuhan berencana Yosua yang disusun atasannya, Ferdy Sambo. Ia turut menyita senjata laras panjang Steyr AUG dan pistol HS milik Yosua saat di rumah Magelang pada 7 Oktober 2022. Ketika di rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling 3, Jakarta Selatan, Ricky sempat ditawari Ferdy untuk menembak Yosua, tetapi menolak karena tidak kuat mental. Ia pun lantas turut membantu dengan memanggil Richard Eliezer untuk ditawari Ferdy Sambo menembak Yosua. Richard Eliezer menyanggupi.
Ferdy Sambo kemudian memberikan satu kotak peluru 9 mm yang sebelumnya disiapkan kepada Richard, dan disaksikan langsung oleh Putri Candrawathi. Ia meminta Richard menambahkan amunisi pada senjata pistol Glock 17 bernomor seri MPY851 milik Richard. Sebelumnya, magazin pistol itu berisi tujuh butir peluru dan ditambahkan menjadi delapan butir peluru 9 mm.
Ferdy Sambo kemudian membeberkan rencananya. Ia mengatakan Richard akan menjadi penembak dengan alasan apabila dirinya yang menembak tidak akan bisa menjaga semuanya. Ferdy Sambo kemudian menjelaskan skenario ke Richard. Dalam skenario tersebut, Yosua melecehkan Putri Candrawathi yang kemudian berteriak minta tolong. Lalu Richard datang dan Yosua menembaknya. Kemudian, tembakan Yosua dibalas Richard sehingga melumpuhkannya.
Percakapan di lantai tiga juga menentukan lokasi eksekusi, yakni rumah dinas pribadi Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga. Putri Candrawathi mendengar dan mendukung rencana tersebut dengan mengajak Yosua dan ajudan lain ke rumah Duren Tiga dengan alasan untuk isolasi mandiri.
Setelah Yosua meninggal pada pukul 17.16 WIB, Ferdy Sambo menembakkan pistol HS milik Yosua ke dinding tangga. Ferdy Sambo juga menggunakan tangan kiri Yosua untuk menembakan pistol HS ke arah TV untuk skenario seolah-olah terjadi adu tembak.