Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengharapkan standar pengamanan pertandingan sepak bola di Indonesia akan meningkat seperti standar di Inggris. Ini setelah anggota Polri mendapat pelatihan dari Conventry University England.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya sangat berterima kasih kepada seluruh pengajar dari Conventry University yang telah memberikan seluruh kemampuan untuk membantu kami meningkatkan standar pengamanan sepak bola di Indonesia seperti standar Inggris,” kata Kapolri Jenderal Sigit dalam pemaparan penutupan pelatihan manajemen pengamanan sepak bola di Mabes Polri, Rabu, 1 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapolri mengatakan memilih pengajar dari Inggris untuk pelatihan karena standar sepak bola di Inggris telah menjadi role model bagi standar pengamanan sepak bola dunia. Selain pelatihan, Polri juga akan mengirim beberapa anggotanya untuk studi banding ke beberapa negara untuk mendapat gambaran ihwal pengamanan laga sepak bola di negara terkait.
“Dengan demikian kami bisa mendapatkan berbagai informasi gambaran yang mungkin berbeda. Namun itu akan menjadi satu pemahaman yang nanti bisa dielaborasikan untuk meningkatkan sistem pengamanan di Indonesia,” kata Sigit.
Polri mendatangkan tim pengajar dari Conventry University Inggris untuk menggelar pelatihan manajemen pengamanan stadion selama sembilan hari, mulai 25 Januari sampai 2 Februari 2023. Pelatihan ini digelar di Hotel Century Park, Stadion Utama Gelora Bung Karno, dan Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi.
Adapun lima pengajar Inggris yang didatangkan, antara lain Profesor Mike Hardy (Founding Director Centre for Trust, Peace, and Social Relations Conventry University, England), Profesor David McLlhatton (Director Institute of Peace and Security, Conventry University, England), John Cuddihy (Senior Fellow Protective Security, Conventry University, Enland), Callum Glenny (Match Commander), Patrick O’Callaghan (Superintendant Kepolisian Scotland Yard).
Asisten Kapolri bidang Operasi (Asops) Inspektur Jenderal Agung Setya Imam Effendi mengatakan ada 66 anggota Polri yang mengikuti pelatihan ini. Mereka terdiri dari 34 Karoops seluruh Polda, 22 orang dari Satuan Kerja Mabes Polri, satu dari Inspektorat Pengawasan Umum, dua dari Badan Intelijen dan Keamanan, dua dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, dua dari Korps Brimob, enam Asops, dua dari Korlantas, dua Direktorat Pengamanan Objek Vital Korps Samapta Bhayangkara Badan Pemelihara Keamanan Polri, dua dari Divisi Humas Polri, satu dari Divisi Propam Polri.
Adapun dari Kementerian/Lembaga dan pihak kompetisi sepak bola Indonesia terdiri dari 10 orang, dengan rincian dua dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, dua dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dua dari Kementerian Kesehatan, dua dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), dan dua peserta dari PT Liga Indonesia Baru.
“Pembelajaran dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A untuk trainer sebanyak 32 orang dan kelas B untuk operator pelaksana sebanyak 34 orang,” kata Agung Setya Imam Effendi.
Salah satu pengajar Profesor Mike Hardy, Direktur Centre for Trust, Peace, and Social Relations Conventry University Inggris, mengatakan senang bisa bekerja sama dengan Polri dan mitranya untuk meningkatkan kualitas pengamanan laga sepak bola di Indonesia. Menurut Mike, banyak aspek yang sudah tersedia untuk mewujudkan laga sepak bola yang nyaman dan aman. Namun ada tiga aspek yang perlu ditingkatkan dalam masalah persepakbolaan Indonesia, khususnya masalah keamanan dan keselamatan.
“Kami fokus pada tiga hal yang ditekankan oleh Jenderal Sigit, yakni bagaimana komunikasi antara stakeholder, bagaimana koordinasi tanggung jawab, dan bagaimana semua bisa berkolaborasi untuk mengembangkan infrastruktur dan lingkungan laga sepak bola Indonesia yang aman, nyaman, dan menyenangkan,” kata Mike.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak atlet sepak bola berbakat yang bisa berkancah di dunia sepak bola dunia. Mike menuturkan pemberian pelatihan ini menandakan keseriusan Polri dan pemangku kepentingan lain untuk memajukan persepakbolaan Indonesia.