Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan dua terduga teroris yang tewas dalam baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror merupakan anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Kelompok ini masih terkait dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.
"Meskipun Santoso telah meninggal, masih ada sisa-sisa yang ditinggalkan olehnya," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, pada Selasa, 31 Oktober 2017. Dari data yang diperoleh kepolisian, kelompok yang berada di Poso ini mempunyai hubungan kuat dengan kelompok yang berada di Bima.
Baca: Polri: 2 Terduga Teroris yang Tewas di Bima Pernah Tembak Polisi
Dalam baku tembak di Bima, dua teroris tewas. Mereka diketahui bernama Amir alias Dance dan Yaman. Baku tembak itu terjadi di Gunung Mawu Rite, wilayah perbatasan Kota Bima dengan Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima.
Empat orang terduga teroris turut terlibat dalam kontak senjata yang terjadi kemarin. Dari empat orang tersebut, Amir alias Dance dan Yaman tewas. Sedangkan dua orang lainnya melarikan diri. "Dua orang lainnya melarikan diri dan masih dalam pencarian Densus 88," ujar Setyo.
Baca: Dua Jenazah Terduga Teroris Bima Diautopsi di Mataram
Setyo mengatakan pihaknya menduga ada keterkaitan antara peristiwa di Bima dan penembakan pada 11 September 2017. Hal itu dibuktikan dari barang bukti yang disita polisi, yakni dua pucuk senjata rakitan yang digunakan para teroris dalam baku tembak tersebut.
Pada 11 September, insiden penembakan dua orang anggota polisi terjadi di wilayah Kelurahan Penatoi, Kecamatan Mpunda, Kota Bima. Dua anggota Polri yang tertembak tersebut adalah Brigadir Kepala Abdul Gafur dan Brigadir Kepala Zainal Abidin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini