Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saksi psikolog klinis Liza Marielly Djaprie ungkap kondisi psikologi Kapolres Bukittinggi Ajun Komisaris Besar Polisi Doddy Prawiranegara yang terseret dalam kasus sindikat sabu oleh Teddy Minahasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dari hasil assesment yang dilakukan memang yang paling jelas adalah daya tanggung jawab dari Pak Doddy. Jadi, dia punya jiwa tanggung jawab khususnya pada orang-orang terdekat,” kata Liza kepada Hakim Ketua di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Rabu, 15 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikologi tanggung jawab Doddy sudah dilakukan saat dia masih kecil, dari wawancara dengan pihak keluarga. Liza memperoleh penilaian sejak kecil Doddy tidak pernah bertengkar dengan orang tua, membereskan mainannya sendiri dan merapikan barang-barangnya sendiri.
Liza menemukan kecemasan dalam diri Doddy. Namun, hal itu wajar mengingat dia saat ini tengah tersandung dalam kasus sindikat pengedaran narkoba.
“Hasil kain adanya kecemasan pada pak Doddy. Muncul ada kecemasan, ada kekhawatiran,” ucapnya.
Sama seperti halnya cek kolesterol. Liza mengatakan assesment yang dia lakukan berlaku sekitar 3 sampai 6 bulan.
Saat ditanya oleh Hakim Ketua, apa yang menjadi faktor timbulnya kecemasan Doddy.
“Jadi dia, kembali pada jiwa tanggung jawabnya. Dia merasa ketika terlibat pada kasus ini. Dia tidak bisa menjalankan tanggung jawabnya. Tidak hanya untuk sendiri tapi keluarga dan institusinya,” kata Liza.
Selanjutnya: faktor timbulnya kecemasan Doddy
Doddy mengkhawatirkan nasibnya ke depan karena ia adalah pencari nafkah tunggal dalam keluarga. Tidak hanya itu Liza menyebut kecemasan Doddy sudah berlangsung sebelum penangkapan.
“Memang ternyata sebelum penangkapan Oktober sudah ada perilaku cemas pak Doddy,” katanya
Hakim Ketua kembali menanyakan, bahwa Doddy sempat mencoba menyingkap apa yang dilakukan Teddy Minahasa. Tapi tidak berhasil.
“Seharusnya banyak momen pak Doddy bisa pergi, cuma kalau kembali saya mengambil teori dari psikologi yang sangat kompleks. Ada namanya kognisi disonansi proses disonansi kayak korslet. Proses berpikir kita korslet karena ketidaksesuaian antara apa yang kita yakini dengan yang terjadi,” katanya.
Liza menganalogikan seseorang yang meyakini dirinya baik tapi keluarga mengatakan tidak bahagia dengan dia. Hal itu memicu kekecewaan atau disebut konflik batin.
Doddy berada pada sistem hirarki yang sangat kaku yang membuatnya tidak bisa keluar dari struktur sindikat itu.
“Masalah tantangan buat pak Doddy dia tidak bisa semudah itu melarikan diri. Belum lagi dia punya tanggung jawab kepada keluarga dan institusi. Makin sulit pak Doddy pergi,” katanya.
Pilihan Editor: Sebut Dipermalukan Anita Cepu, Teddy Minahasa: Jenderal Bisa Tertipu Mentah-mentah Seperti Ini
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini