Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Wadah Pegawai Beberkan Benang Merah Semua Teror di KPK

Wadah Pegawai KPK memaparkan adanya kesamaan pola teror yang terjadi di lingkungan KPK.

10 Januari 2019 | 06.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yudi Purnomo (kanan) bersama Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kiri) membacakan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo saat acara penyambutan Novel kembali aktif bekerja, di pelataran gedung KPK, Jakarta, Jumat 27 Mei 2018. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi atau WP KPK menduga teror bom ke rumah dua pimpinan lembaga itu punya kemiripan dengan anacaman yang pernah diterima oleh beberapa penyidik lembaga ini. Teror pimpinan KPK terjadi pada Rabu, 9 Januari 2019. Ada orang tak dikenal yang meletakkan benda mirip bom di rumah Agus Rahardjo dan Laode M. Syarif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Teror ke pimpinan adalah satu kesatuan utuh rangkaian ancaman terhadap pejabat dan pegawai KPK yang sampai saat ini tak kunjung terungkap," kata Ketua WP KPK, Yudi Purnomo, di kantornya, Rabu, 9 Januari 2019.

Yudi melihat ada persamaan pola antara teror di rumah pimpan dengan yang pernah terjadi sebelumnya. Dia mengatakan kemiripan itu ada pada jumlah pelaku. Teror ke rumah Agus dan Laode dilakukan dua orang. Hal yang sama terjadi saat penyerangan terhadap penyidik senior Novel Baswedan pada 2017 dan teror ke rumah penyidik Afief Yulian Miftach pada pertengahan 2015.

Selain itu, Yudi mengatakan kemiripan di tiga kasus itu juga dapat dilihat dari modus teror, yakni menggunakan bom dan air keras. Rumah Afief di Jakamulya, Bekasi, pernah disatroni dua pria tak dikenal.

Keduanya kemudian meletakkan sebuah bungkusan mirip bom. Kap mobil Afief, yang diparkir di halaman rumah, juga melepuh karena disiram air keras. Teror kepada pimpinan dilakukan dengan cara yang sama yakni dengan bingkisan bom. Sementara Novel diserang dengan siraman air keras.

"Jadi dari sini kami menarik hipotesis sementara bisa jadi ini adalah orang yang sama, tapi karena tidak terungkap mereka terus melakukan tindakan untuk meneror penyidik KPK," kata Yudi.

Yudi mengatakan teror terhadap pimpinan dan penyidik KPK harus diungkap. Dia khawatir akan ada teror lainnya bila kasus ini tak terungkap. Dia meminta presiden menunjukkan komitmen pemberantasan korupsi dengan berkomitmen mengungkap kasus ini. "Kami yakin ini bukanlah yang terakhir, jika ini tidak terungkap," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus