Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istilah breaking news kembali menghiasi layar televisi di Tanah Air dalam pemberitaan sidang perselisihan hasil pemilihan presiden 2019 di Mahkamah Konstitusi. Di sela berita penting itu, breaking news meletup lagi saat terjadi kebakaran pabrik korek api di Langkat, Sumatera Utara. Sebelumnya, di sepanjang paruh terakhir tahun lalu, berita jenis itu bermunculan dalam tayangan televisi: gempa bumi di Lombok (Juli), tsunami di Palu (September), kecelakaan pesawat terbang di perairan Karawang (Oktober), dan tsunami Selat Sunda (menjelang akhir Desember).
Terlihat bahwa breaking news cenderung membawa kabar yang menyedihkan atau memprihatinkan. Bencana alam, musibah, kejahatan, juga terorisme, perkara korupsi, dan politik tingkat tinggi menjadi garapan utama breaking news. Pendek kata, kejadian apa pun yang menggemparkan, apalagi mendadak, akan disasar siaran berita jenis itu. Ungkapan break the news dalam bahasa Inggris memperkuat hal itu: “to reveal information, often that which is bad or upsetting” atau “to tell someone about something unpleasant which will affect or upset them” (Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, 2015).
Di luar muatan beritanya, breaking news bisa dilihat sebagai semacam label interjeksi atau kata seru untuk menyedot perhatian khalayak. Biasanya berupa “pekikan” kecil, interjeksi meluapkan perasaan pengungkapnya. Misalnya amboi atau astaga untuk mengekspresikan rasa heran ataupun kagum, atau aduh saat kesakitan. Dalam hal ini, breaking news berfungsi sebagai seruan untuk suatu perhatian khusus, serupa hai atau halo sebagai contoh interjeksi ragam populer. Dulu, media massa cetak pernah memproduksi istilah stop press yang berfungsi sama dengan breaking news.
Breaking news jelas berunsur verba break yang, menurut kamus Cambridge, berarti “to become known or to make something become known”—menjadi diketahui atau membuat sesuatu menjadi diketahui (oleh umum). Contoh kalimatnya: “When the scandal broke, the company director committed suicide.” Kalimat itu menyiratkan suatu peristiwa yang semula bersifat pribadi atau terbatas lalu “dipecahkan” ke ranah publik. Kamus Merriam-Webster Unabridged menambahkan bahwa penyebarluasan kabar kejadian perlu kehati-hatian. Contoh dalam kalimat: “The admiralty office broke the news of the loss”—tentang kerugian atau korban jiwa personel angkatan laut akibat suatu insiden atau perang.
Industri media paling berkepentingan memproduksi break-ing news. Menurut Oxford English Dictionary, istilah itu mula-mula tersua dalam Sterling Daily Gazette yang terbit di Illinois pada 1877 dan Wisconsin’s Appleton Post-Crescent di Wisconsin pada 1925. Idiom become public or available yang ditarik dari kata kerja to break beredar sejak 1930-an, sedangkan istilah fast-breaking—varian breaking news—muncul dalam kurun berikutnya. Jadi, berita serba cepat itu, dalam sejarah media massa di Amerika Serikat, merentang sejak zaman penny-press pada abad ke-19 hingga era “jurnalisme supermarket” sekarang (Stan Le Roy Wilson, Mass Media/Mass Culture, 1989).
Tampaknya, belum ditemukan padanan yang pas untuk mengindonesiakan breaking news. Stasiun-stasiun televisi di sini seperti bermufakat memakai istilah itu beramai-ramai saat mewartakan peristiwa besar yang mendadak meledak. Di Amerika Serikat, tak semua stasiun televisi memasang label breaking news ketika mengabarkan kematian mantan presiden George Bush beberapa waktu lalu. Sejauh info yang terlacak, CNN memilih “Breaking News”, NBC mengemas dalam “Today Exclusive”, Fox dengan “News Now”, Khou cukup membubuhkan stiker “Live”, dan CBS dengan jenama “Special Report”.
Wikipedia menawarkan berita sela sebagai alihan breaking news, tapi tampaknya kurang tersambut. Soalnya, istilah itu mungkin tidak menimbulkan gereget. Selain itu, berita sela akan berhadapan dengan pertanyaan tentang durasi: berapa lama “menyela” pokok berita yang lain. Semestinya tidak akan berlama-lama. Nyatanya, breaking news bisa mengudara berhari-hari, bahkan berbilang mingguan. Di Amerika (lagi), breaking news terpanjang adalah obituari untuk Presiden Kennedy, yang mangkat pada November 1963. Stasiun televisi arus utama di sana kala itu rela begadang 24 jam selama lima hari berturut-turut dan ikhlas kehilangan sebagian laba dari siaran niaganya.
Cukup banyak sublema berita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tapi belum ada yang bersinonim tepat dengan breaking news. Masalahnya juga belum banyak bahasan khusus tentangnya dalam kajian komunikasi massa. Belum pula ditemukan penjelasan leksikografis dalam kamus-kamus atau taksonomi konsep komunikasi.
*) Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo