Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memang aneh kedengarannya. Sebuah negara adidaya teknologi dan budaya yang secara historis, politis, kultural, dan ekonomis tidak punya "hubungan" dengan Indonesia tiba tiba berurusan dengan gamelan. Apa kaitan negeri fashion ini dengan gamelan, yang di negerinya sendiri dianggap out of fashion? Di saat semakin mendunianya gamelan seperti sekarang ini, Prancis memang belum berada di garis depan. Ia masih di belakang Amerika (yang memiliki lebih dari 200 perangkat gamelan), Jepang (di atas 100), Australia (di atas 50), Inggris (30), Belanda (30), dan Jerman (20). Saat ini di Prancis terdapat sekitar 15 perangkat gamelan. Program gamelan dulu dimulai di Musée de l'homme (1985). Sekarang ia bergeser ke Cité de la Musique, sebuah kompleks musik yang dibangun pada tahun 1983 di Parc de la Villette dengan dana 1.300 triliun franc. Di sinilah tersedia berbagai fasilitas untuk pendidikan, workshop, pertunjukan, museum, dan pusat informasi pelbagai jenis musik. Kegiatan mereka disubsidi negara sekitar 16 miliar euro per tahun.
Walau belum di garis depan, bukan berarti Prancis tidak berperan dalam penduniaan gamelan. Dari coup de foudre (cinta pandangan pertamanya) dengan 75 seniman dari Solo, Parakan Salak, serta Surabaya yang menggelar tari dan karawitan untuk promosi teh, kopi, indigo, dan kinine di Kampung Jawa di Esplanade des Invalides, Paris, pada Exposition Universelles 1889, (Jean Pierre Chazal dalam Grand Succès pour Exotiques, Archipel 63, 2002), adalah Debussy yang berhasil membuka era musik modern dunia dengan karya-karyanya (Fantasie 3, Prélude d'après midi d'une faune, Pagode, dan lain-lain) yang mendapat pengaruh musik gamelan (Patrick Revol, Influences de la musique Indonésienne sur la musique française du XX siècle, Paris 2000).
Sejarah terulang lagi. Opera Rolf Lieberman berjudul Medea di Opera Bastille, pekan gamelan kontemporer di Lyon, program l'université d'été di Paris, Fête de la musique, gamelan di televisi FR 3, di radio France Culture, merupakan highlight peristiwa seni yang melibatkan gamelan di tahun 2002. Puncaknya adalah dipilihnya musik gamelan sebagai mata pelajaran wajib di sekolah umum di Prancis 2002/2003. Suatu hal yang luar biasa, mengingat selain tiadanya hubungan khusus Indonesia-Prancis, di samping banyaknya pilihan jenis musik dunia, juga dikenalnya departemen pendidikan nasional Prancis yang sangat ketat dengan kebijakan pendidikan, khususnya terhadap perubahan.
Kenyataan menunjukkan bahwa sekarang ini hampir semua sekolah di Prancis adalah multiras, multietnis, dan multikultur. Anak-anak Eropa, Afrika, dan Asia telah berbaur dalam satu kelas, tapi mengapa kepadanya harus diajarkan Bach atau Beethoven sebagai musik wajib? Bukankah musik Arab, Vietnam, Kamboja, Yugoslavia, Portugal, Senegal, Aljazair, atau etnis mayoritas lainnya yang mestinya menjadi materi wajib? Ketidakberpihakan gamelan adalah salah satu faktor pertimbangan. Di samping itu, sifat atau karakter musik gamelan yang mementingkan kebersamaan, kesamaan, kelenturan, dan kebebasan bermain bersama dalam suatu orkes adalah pertimbangan yang lain. Dalam gamelan, tidak seorang pun paling penting. Mereka bermain bersama dengan kerja sama dari awal sampai akhir melalui dialog musikal. Dalam gamelan, tak ada benar-salah melainkan baik-buruk. Bagi musisi, disediakan kebebasan tafsir dan cara bermain yang luas. Balungan (kerangka lagu) dan/atau fungsi musikal dan sosiallah yang memberi bingkai penyajian gamelan. Karakter itu tampaknya membuat budaya musik gamelan menjadi penting dan perlu di masyarakat "modern" yang semakin individualistis, kaku, multikultur, multietnis, dan sarat dengan perbedaan.
Sebenarnya Prancis tidak sendirian memasukkan musik gamelan sebagai materi pelajaran di SMU. Sebelumnya, Australia dan Inggris telah berbuat serupa. Sedangkan Jepang melakukannya di SD, walau semua itu belum merupakan materi wajib. Peristiwa tersebut setidaknya telah menunjukkan bahwa (kesenian) gamelan telah ikut andil dalam menempatkan Indonesia di jajaran bangsa yang berbudayabukan koruptor dan teroris. Musik yang dihargai dunia internasional tanpa mengharapkan penghargaan dari negara dan bangsanya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo