DALAM suatu ceramah di Honolulu, Hawaii, beberapa waktu yang
lalu Herman Kahn, ahli futurologi Amerika yang terkenal, telah
mengemukakan -- bahwa suatu proses tengah terjadi pada waktu ini
yang akan mempunyai implikasi bagi perkembangan di dunia di
kemudian hari, yaitu munculnya kawasan Asia Pasifik sebagai
pusat kekuatan dan dinamika ekonomi utama di dunia. Seperti
beberapa abad yang lalu pusat kegiatan dan hubungan ekonomi
internasional di dunia telah bergeser dari kawasan Lautan Tengah
ke kawasan Atlantik Utara, maka proses pergeseran yang serupa
sekarang sedang terjadi dari kawasan Atlantik Utara ke kawasan
Asia Pasifik.
Munculnya kawasan Asia-Pasifik sebagai pusat kegiatan ekonomi
yang paling utama di dunia sebenarnya sudah diramalkan hampir
delapan tahun yang lalu oleh Herman Kahn dalam bukunya The
Emerging Japanese Superstate berkenaan dengan munculnya Jepang
sebagai kekuatan ekonomi nomor tiga di dunia (sesudah Amerika
Serikat dan Uni Soviet) pada akhir dasawarsa enampuluhan.
Menurut Kahn, dinamika Jepang yang luar biasa berkat hubungan
perdagangan dan investasinya di luar negeri akan dapat
ditransmisi ke wilayah-wilayah lain sekitar lautan Pasifik
termasuk negara-negara Asia Tenggara, Australia, Kanada, Aiaska,
negara-negara Amerika Latin (khususnya Brasil). Mungkin juga
wilayah Timur Jauh Uni Soviet, yaitu Siberia, dengan sumber
kekayaan alam yang berlimpah-limpah tetapi untuk bagian terbesar
belum digali.
Jepang-Jepang Baru
Dengan Jepang sebagai motor kegiatan ekonomi dan perkembangan
tehlogi di kawasan ini, sangat mungkin abad ke-21 akan
menyaksikan kawasan Asia-Pasifik sebagai pusat ekonomi,
kebudayaan dan peradaban purna-industriil (postindustrial) yang
paling kreatif dan dinamis di dunia yang berhasil menghimpun
unsur yang paling vital dari kebudayaan Timur dan Barat.
Keajaiban ekonomi Jepang akhir-akhir ini memang agak meluntur.
Pertama-tama akibat krisis enersi pada tahun 1973/1974. Sekarang
karena kejenuhan pasaran dalam negeri Jepang, ditambah kesulitan
yang makin besar bagi Jepang untuk memasarkan hasil-hasil
industrinya di pasarannya yang paling penting di luar negeri
karena kecenderungan proteksionisme yang makin kuat di beberapa
negara. Tapi pada waktu yang bersamaan telah muncul
'Jepang-Jepang yang baru' di kawasan Asia Pasifik. 'Jepang baru'
ini adalah Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura, dan
merupakan apa yang dinamakan Kahn "bengkel Sinik" dari kawasan
Asia-Pasifik ("Sinik", karena kebudayaannya berakar pada
kebudayaan Tionigkok).
Keempat negara yang relatif kecil ini (kecil dari segi jumlah
penduduk dan besarnya kekuatan ekonomi) pada waktu ini mempunyai
produk nasional bruto (PNB) total sebesar hampir US$ 60 milyar
(pada harga pasar yang berlaku), jadi baru kurang lebih
sepersepuluh dari PNB Jepang. Namun dengan pertumbuhan ekonomi
yang sangat pesat dari keempat negara ini, PNB total dari
keempat negara ini dapat berlipat ganda pada tahun 1985, untuk
kemudian berlipat-ganda lagi atau lebih pada tahun 2000
dibanding dengan PNB total tahun 1985.
Karena keempat negara ini mengekspor dan mengimpor kurang lebih
50 persen dari PNB mereka, dapat diperkirakan bahwa keempat
negara kecil ini akan memainkan peranan ekonomi yang makin
penting di kawasan Asia-Pasiflk, jauh lebih penting daripada
yang dapat diduga dari jumlah penduduk atau jumlah PNB mereka.
Indonesia Bagaimana?
Kahn memperkirakan bahwa negara-negara lain di kawasan
Asia-Pasifik juga akan mengalami pertumbuhan ekonomi dan
teknologi yang pesat, terkecuali mungkin Indonesia, Korea Utara,
dan Laos. Mengenai Indonesia dikatakan bahwa walaupun banyak di
antara orang 'top' Indonesia adalah sangat kompeten dan
berdedikasi. namun secara relatif mereka terlampau sedikit
jumlahnya dibanding dengan kebutuhan negara yang sangat luas.
Lagipula, mereka kekurangan 'back-up' yang kompeten dan
berdedikasi.
Betapa ahli pun Herman Kahn sebagai ahli futurologi, namun
pandangannya mengenai prospek perkembangan negara kita tidak
didasarkan atas pengetahuan yang terperinci mengenai Indonesia.
Bagaimana pun juga, perkiraan mengenai prospek perkembangan
sesuatu negara didasarkan atas beberapa asumsi mengenai potensi
kekuatan negara tersebut, yang dapat berbeda sekali di antara
para ahli yang mengadakan perkiraan tersebut.
Berbeda dengan Kahn, misalnya, maka baru-baru ini seorang
sarjana Amerika lain dari Pusat Studi Strategis dan
Internasional, Universitas (eorgetown, di Washington, D.C.,
telah mengadakan 'ranking' atau urutan dari kesepuluh negara
yang terkuat di dunia berdasarkan ukuran kekuatan ekonomi dan
militer, stabilitas politik, tekad nasional, dan lain-lain, dan
dalam urutan ini Indonesia merupakan negara terkuat yang
kesepuluh di dunia.
Apa juga - pandangan orang asing mengenai prospek negara kita,
kiranya kita sendiri dapat sepakat bahwa tantangan terbesar yang
kita hadapi dalam tahun mendatang adalah bagaimana kita dapat
menanggulangi masalah kemiskinan dan meningkatkan tingkat hidup
rakyat banyak.
Masalah kemiskinan ini merupakan masalah kompleks yang
dimensi-dimensinya belum sepenuhnya difahami. Namun salah satu
sumber pokok kemiskinan ini, seperti juga di banyak negara
berkembang lainnya, terletak pada pengangguran terselubung di
daerah pedesaan. Bagaimana menciptakan kesempatan kerja penuh
dan layak di daerah pedesaan kita kiranya merupakan tugas yang
tidak mudah, namun perlu kita laksanakan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini