Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Akrobat Impor Minyak Zatapi

Tender impor minyak Zatapi mengandung sejumlah kejanggalan. Pembenahan Pertamina jalan di tempat.

24 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANGAN-angan Pertamina masuk jajaran elite perusahaan minyak kelas dunia masih jauh dari kenyataan. Kisruh tender impor minyak mentah Zatapi yang diduga mengandung unsur kolusi antara pemenang tender dan orang dalam Pertamina menandakan masih banyak bolong di perusahaan minyak milik negara ini.

Tak usahlah membandingkan Pertamina dengan perusahaan minyak top dunia seperti Exxon Mobil atau Royal Dutch Shell, yang pendapatannya tahun lalu hampir empat kali lipat anggaran belanja negeri ini. Dibanding perusahaan-perusahaan minyak di negeri tetangga saja, kita sudah ketinggalan kereta. Petronas Malaysia sejak empat tahun lalu sudah menancapkan kukunya di jajaran elite 500 perusahaan top dunia. Begitu juga PTT Thailand, yang berhasil masuk daftar Fortune Global 500.

Niat Pertamina mengatasi ketertinggalan itu bukan tak ada. Upaya restrukturisasi perusahaan sudah digelar sejak lebih dari satu dekade silam. Pertamina pun ditargetkan menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia pada 15 tahun mendatang. Lima tahun pertama dicanangkan membangun fondasi yang kukuh di dalam negeri—modal penting untuk beranjak ke tahap berikutnya menjadi perusahaan minyak terkemuka di Asia Tenggara.

Persoalannya, langkah Pertamina maju-mundur. Baru dicanangkan pertengahan tahun lalu, niat itu sudah dilanggar. Tender pengadaan minyak mentah pada pengujung tahun oleh Pertamina diduga menerabas sejumlah aturan. Berkat ”akrobat” itu, minyak Zatapi yang keluar sebagai pemenang tender bikin geger kalangan trader, kendati harga jualnya paling murah.

Sebagai ”spesies” baru, produk Zatapi tak dikenal di jagat perdagangan minyak mentah dunia. Produk ”murah” hasil pencampuran sejumlah minyak mentah ini dipromosikan Gold Manor, penjualnya, untuk menyiasati tingginya harga minyak dunia yang kini di atas US$ 100 per barel. Tak ada yang salah dengan karya ”inovasi” semacam ini. Apalagi jika kualitasnya top dan harganya murah. Langkah Pertamina pun bisa menghemat anggaran negara, yang tahun ini terancam defisit Rp 140 triliun jika harga minyak tetap selangit.

Pokok soalnya, produk baru itu serba ”misterius”. Apa isi adonan minyak Zatapi simpang-siur. Tak ada penjelasan transparan dari Pertamina, sementara Gold Manor tak mau membeberkan, dengan alasan rahasia dagang. Kualitasnya pun ternyata belum teruji. Hingga tender digelar, data lengkap hasil uji sampel laboratorium minyak Zatapi belum ada. Data crude oil assay itu baru keluar sebulan setelah tender. Padahal, data itu seharusnya sudah dimasukkan ke sistem komputer sebelum tender, untuk mengetahui kecocokan minyak dengan kilang, juga mahal-tidaknya harga jual Zatapi.

Agar tak terjebak syak wasangka ada kongkalikong di balik kemenangan Zatapi, majalah ini mendukung langkah kejaksaan mengusut kasus ini segera. Langkah Komisaris Pertamina yang menuntut direksi menjelaskan tuntas persoalan ini pun perlu disokong.

Apalagi dari penelusuran lapangan majalah ini di Jakarta dan Singapura, kredibilitas Gold Manor yang berinduk di British Virgin Islands, dan dinyatakan pemiliknya perusahaan billion of dollars, meragukan. Dua tahun lalu, tercatat modalnya cuma US$ 3,5 juta atau sekitar Rp 32 miliar—seperlima belas modal minimal yang dipersyaratkan bagi peserta tender. Modalnya itu pun jauh di bawah nilai Zatapi yang dijualnya ke Pertamina yang lebih dari setengah triliun rupiah itu.

Jika semua bolong itu tak segera ditambal, Pertamina tampaknya sedang bergerak mundur dari upaya ”pembersihan” tata niaga impor minyak lewat pengetatan aturan tender yang digulirkan pada akhir 2006. Tanpa keseriusan direksi, mimpi Pertamina masuk jajaran elite perusahaan minyak dunia akan menjadi utopia belaka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus