MASIH tetap mengejutkan, walaupun berminggu-minggu sebelumnya sudah bisa diperkirakan Amerika Serikat akan mendendangkan lagu basi: jangan resah soal kependudukan. Dari karangan Christine Russel berjudul "White House aids seek to reduce funding for birth control abroad" dalam International Herald Tribune 15 Juni 1984, sudah diperoleh gambaran tentang draft dokumen Gedung Putih untuk Mexico City itu. Katanya, fenomena pertambahan penduduk adalah netral. Sebelum dikaitkan dengan faktor lain, jangan dinilai buruk atau baik. Kalau pendapatan bertambah dengan mantap, tingkat kelahiran otomatis menurun. Jalan menuju ekonomi yang sehat adalah lewat ekonomi liberal. Perekonomian yang terlalu dikontrol pemerintah tidak bisa berkembang. Sekaligus AS mengayun-ayunkan penggada antiaborsi. Negeri dan organisasi yang main-main dengan aborsi diancam tidak lagi kecipratan rejeki dari kantung AS. Lalu dilambai-lambaikan pula Deklarasi PBB tentang Hak Anak (1959): diperlukan lindungan hukum terhadap anak, sebelum dan sesudah lahir. Dan program KB dituding: awas, jangan main paksa. Orang lalu meraba-raba, siapa yang akan terpukul. Mungkin Cina, India, IPPF, dan UNFPA terkena ekor aborsi. Sebagian permainan itu untuk kepentingan pemilu yang lalu. Tidak peduli orang menuduh Partai Republik konservatif, Reagan dan Bush dungu. Tidak peduli orang bilang jarum jam berputar ke belakang beberapa puluh tahun. Tapi sesungguhnya, apakah orang-orang Amerika begitu jijik terhadap praktek pengguguran? Begini riwayatnya. Pada 1800 tidak ada larangan apa pun terhadap pengguguran di Amerika. Layanan pengguguran bisa diperoleh dengan mudah. Pada 1840-an advertensi layanan aborsi dimuat di berbagai koran dan majalah, malah juga dalam jurnal keagamaan. Jadi, wanita bebas melakukan pengguguran, setidaknya sampai bayi dalam rahim menunjukkan tanda-tanda kehidupan, sampai terasa gerakannya, biasanya pada minggu ke-16 dan ke-20. Sampai saat itu menggugurkan tidak dianggap melanggar hukum, sesuai dengan The Common Law of England yang menjadi pegangan mereka. Kemudian terjadi pengetatan hukum di 12 negara bagian. Tampaknya, alasan utama perubahan itu adalah kesehatan dan keselamatan sang ibu. Maklumlah, waktu itu anestesia dan antiseptik belum dikenal. Tiap prosedur operasi bisa mengakibatkan kematian lantaran shock dan infeksi. Jadi, dalam menggodok perubahan undang-undang pengguguran itu, yang menggugah pikiran ahli-ahli hukum bukan pertimbangan moral, tapi pertimbangan medis. Baru kemudian muncul Anthony Comstock yang terkenal dan ditakuti itu. Dia puritan pendiri Neq York Soaety for the Suppression of Vice, yang giat bekerja untuk menegakkan moral yang baik dan membasmi apa saja yang dianggapnya cabul dan tidak bermoral. Pada 3 Maret 1875 keluar Comstock Law yang melarang pengiriman melalul pos apa saa yang dianggap cabul, termasuk informasl atau bahan yang menyangkut kontrasepsi. Comstock mengganyang pelopor-pelopor keluarga berencana yang dituduh cabul dan bejat, termasuk Margaret Sanger. Yang berkaitan dengan pengguguran jelas digebuk. Praktek pengguguran mulai bangkit lagi, dari kegelapan, sesudah 1960. Pada 1967, Colorado merupakan negara bagian pertama yang membuat reformasi undang-undangnya. Belasan negara bagian lain segera menyusul Keluarnya keputusan Mahkamah Agung Januari 1973 menjadi peristiwa bersejarah bagi legalisasl pengguguran di tiap negara bagian. Menurut keputusan itu, sampai kehamilan tiga bulan soal pengguguran terserah pada wanita yang bersangkutan dan dokternya. Larangan dari negara-negara bagian dengan sendirinya dianggap tidak konstitusional. Sepuluh tahun kemudian, 15 Juni 1983, Mahkamah Agung menguatkan lagi keputusannya: wanita mempunyai hak yang fundamental untuk secara pribadi memutuskan untuk menggugurkan kandungannya sendiri. Sesungguhnya, Amerika Serikat termasuk jagoan dalam praktek pengguguran - dengan catatan ada perbedaan antara kulit putih dan kulit berwarna. Dalam bukunya Induced Abortion, World View 1983, Dr. Christopher Tietze menyajikan sejumlah angka. Untuk kulit putih, tahun 1977-1980 terdapat 20-24 aborsi per tahun, per 1.000 wanita usia 15-44 tahun. Untuk kulit berwarna jumlahnya 56-59. Angka 20-24 itu kurang lebih sama dengan Jepang, tetapi dua kali lebih tinggi dari Kanada dan Inggris. Pada waktu menggugurkan, 75% lebih berstatus tidak kawin di AS. Dalam hal aborsi ini, nilai-nilai kebudayaan AS menghadapi dilema. Di satu pihak terdapat keterlibatan yang besar terhadap kebebasan individual dan keadilan sosial. Menurut prinsip pro-choice, larangan aborsi bertentangan dengan pelaksanaan kebebasan individual - kebebasan mengontrol fertilitas sendiri dan kebebasan dari beban kelahiran anak yang tidak diinginkan. Larangan aborsi juga bertentangan dengan keadilan sosial, karena orang akan melakukannya sembunyi-sembunyi. Wanita miskin akan mempertaruhkan nyawanya dalam situasi yang menyedihkan dan orang kaya mampu melakukannya secara ilegal tapi aman, dengan bantuan dokter yang mahal, atau ke luar negeri. Namun, tentunya, pengguguran bukanlah substitusi KB. Di pihak lain terdapat pula nilai-nilai yang mendasar - yakni proteksi terhadap hidup. Kehidupan, apalagi janin di dalam rahim, harus dilindungi. Ronald Reagan termasuk ke dalam kubu right-to-life ini. Dan right-to-life dijadikan isu penting dalam pemilu AS, lalu digemakan lewat Mexico City. Banyak orang terbengong-bengong. Apakah Comstock sudah bangkit dari kuburnya? Pada sisi lain, penggada aborsi di Mexico City adalah kulminasi sebuah proses. Mereka yang sudah biasa mendapat bantuan AS lewat US AID sudah maklum bahwa, sebelumnya, bantuan yang berkaitan dengan layanan aborsi sudah dicoret. Berkat perjuangan gigih Jessie Helms - senator konservatif dari Carolina Utara yang sangat antipengguguran - muncullah Helms Amendment. Menurut amendemen itu, bantuan luar negeri AS melalui USAID tidak boleh diberikan untuk apa saja yang berbau aborsi. Tidak terbatas pada bantuan untuk layanan aborsi, tetapi juga untuk penelitian dan publikasi tentang aborsi. Pemerintahan Reagan sudah mengencangkannya lagi di Mexico City. Apakah rakyat Amerika yang getol mempraktekkan aborsi antiaborsi? Tanyakan pada daun yang bergoyang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini