Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tabu buat kambing & sembahyang

Penduduk pantang bersembahyang & memelihara ternak karena penduduk mempercayai takhyul bahwa mengaji dan bersembahyang memperpendek umur, berkat 2 mahasiswa yang ber kkn anggapan tersebut bisa dihilangkan.(ds)

8 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SADIK, guru SD dan guru mengaji di Desa Donan, 40 km barat laut Bojonegoro (Ja-Tim) mendadak sakit ingatan. Tak lama kemudian Sahar, juga guru SD merangkap guru ngaji di desa itu gila pula. Dua tahun lalu, Jaif, remaja 16 tahun yang dikenal amat rajin bersembahyang dan mengaji, mendadak meninggal dunia. Kiai Kustur yang mengajar mengaji di Donan sejak 1940 juga meninggal mendadak setelah sebelumnya menderita sakit ingatan. Kejadian-kejadian itu rupanya membuat penduduk Desa Donan yang 100o', heragama Islam itu mempercayai takhyul bahwa mengaji dan bersemballyang memperpendek umur, paling sedikit gila. Kepercayaan semacam itu rupanya berpangkal pada cerita mengenai Ki Nerang Kusuma yang makamnya ada di dekat desa itu dan dikeramatkan penduduk. Ki Nerang Kusuma konon pelarian dari Kerajaan Pajang, Ja-Teng, yang dikejar-kejar Kompeni. Menetap di Donan, ia dikenal alim, suka mengaji, juga suka menanggap wayang kulit. Lantaran disegani pengikutnya, tak seorang pun berani ikut-ikut melakukan hal-hal yang dilakukannya seperti mengaji dan sembahyang serta beternak sapi, domba atau itik. "Siapa yang berani menyamai apa yang dilakukan Ki Nerang Kusuma, bakal ditimpa musibah," cerita seorang penduduk. Karena itu selain pantang bersembahyang dan mengaji, penduduk desa ini juga tabu memelihara ternak hewan . Karena itu ketika seorang dari luar desa ingin membayar nazar dengan menyerahkan seekor kambing kepada juru kunci makam Ki Nerang Kusuma, sang juru kunci tidak berani menerimanya. Kambing itu akhirnya berkeliaran di Desa Donan (Kecamatan Purwosari). Akibatnya penduduk panik. Mereka beramai-ramai menggiring binatang itu keluar desa. Tak lama kemudian angin kencang menyerang desa itu. "Sampai sekarang kambing lewat pun tidak boleh," ujar Kepala Desa Donan, Supadman, 50 tahun. Tapi empat tahun lalu Lurah Supadman memberanikan diri membelikan sepasang sapi, lantas diserahkan kepada Suwadji, kamituwo (ketua RT) untuk dipelihara. Hasilnya enam bulan kemudian Suwadji sekeluarga pergi ke Jakarta tanpa pamit. Di kota besar itu kabarnya ia jadi linglung, lalu menjadi gelandangan. Dan beberapa bulan kemudian sapisapi itu mati. Meskipun Supadman sendiri tidak mengalami musibah apa-apa, kejadian itu makin memperkuat ketakutan penduduk untuk memelihara ternak. Menurut modin desa, Sidik, 60 tahun, sebenarnya sudah lama penduduk ingin sembahyang. "Tapi mereka selalu dihantui ol-eh musibah yang dialami oleh orang-orang yang salat ," katanya. Kepala Kantor Urusan Agama Purwosari, Maruki, juga sudah mengadakan pendekatan-pendekatan lewat kepala desa, tapi belum sempat memberi penyuluhan atau da'wah. Hasib & Zaini Untunglah, dua bulan lalu datang Abd. Hasib dan Moh. aini, dua mahasiswa Fakultas Da'wah IAIN "Sunan Ampel" Surabaya ber-KKN (kuliah kerja nyata) di Desa Donan. "Malah kebetulan, rencana jadi klop," kata Marzuli. Tapi untuk mendekati penduduk,cukup repot. "Mereka mau diajak salaman, tapi mukanya dipalingkan," cerita Abd. Hasib. Namun kedua mahasiswa itu tak mau mundur. Dengan bekal gambaran keadaan desa yang sudah mereka dapatkan dari kecamatan dan kabupaten sebelumnya, keduanya menyusun rencana. Satu-satunya surau yang berukuran 6 x 5 meter di desa itu, sejak didirikan 1965 tak pernah digunakan. Kotor dan berantakan. Hasib dan Zaini, dua mahasiswa tadi, menjadikan surau ini sebagai sasaran kerja pertama. Keduanya menata dan membersihkan tempat ibadah itu. Penduduk yang menyaksikan kerja kedua mahasiswa itu tampaknya tak begitu peduli. Tapi ketika Hasib dan 7.aini membersihkan jalan dan gang-gang di desa itu, penduduk datang membantu. Dan malam hari, dengan bantuan kepala desa, mereka dikumpulkan. Kedua rnahasiswa itu menjelaskan maksud kedatangan mereka, di samping juga membicarakan beberapa hal tentang desa. Dua dari tiga penduduk pedukuhan menerima kegiatan mahasiswa itu dan bersedia menyuruh anak-anak mereka diajari mengaji dan bersembahyang. Tapi satu dukuh lainnya tetap enggan belajar mengaji dan bersembahyang. Mereka hanya menerima kegiatan non-agama dan mengajak kedua mahasiswa itu membangun jembatan. Pekan lalu sudah 125 penduduk desa bcrsembahyang jamaah, sehingga surau desa yang kecil itu penuh sesak. Kepala KUA Purwosari, Marzuki, yang menjadi khatib dan imam. Bupati Bojonegoro Drs. Soejono sudah dua kali bersembahyang Jumat bersama para pejabat kecamatan di Desa Donan. Takut Sembahyang Soejono malah menjanjikan membangun sebuah masjid yang lebih besar. "Kami sudah siapkan tanahnya," kata Supadman. Yang dibutuhkan kini seorang guru agama. "Saya sudah menyediakan dana untuk itu," kata Marzuki. "Dan saya sanggup menyediakan perumahan," tambah Supadman menimpali. Anak-anak di desa itu kini diajari mengaji oleh Sumarno. Ia berasal dari Sumberejo, desa tetangga Donan. Kebetulan ia menikah dengan gadis Donan. Tapi sebelum bertemu dengan Hasib dan 7aini, ia sendiri ikut-ikutan tidak berani mengaji dan bersembahyang. Kepala desa dan modin Desa Donan juga mengaku baru bersembahyang lagi setelah kedatangan kedua mahasiswa IAIN itu. Begitu pula puluhan penduduk lainnya. "Padahal di sini banyak penduduk yang berpuasa dan membayar zakat fitrah," kata Modin Sidik. Adapun kedua mahasiswa IAIN itu, setelah sebulan ber-KKN di Donan, kini hanya seminggu sekali sempat menjenguk jamaahnya. Tapi ada beberapa penduduk desa itu yang ingin memperdalam soal agama dengan cara berkunjung ke pondokan Hasib dan Zaini di Surabaya. Dengan luas 4 km persegi, desa itu memiliki 216 ha sawah dan 40 ha tegalan, areal selebihnya berupa hutan milik Perhutani. Semua penduduknya yang berjumlah 1.710 jiwa (330 kk) mengaku beragama Islam. Mata pencaharian warganya sebagian bertani, sebagian lagi buruh tani. Di sini hanya ada sebuah SD. Satu SD lagi masih dalam persiapan pembangunan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus