Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Barisan Semut Hitam

Semut hitam lambang produktivitas nasional yang dipilih sudomo. Sementara Lee Kuan Yew memilih membentuk suatu dewan yang berkampanye tentang produktivitas nasional Singapura.(ki)

1 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

nothing is so contagious as enthusiasm it moves stones, it charms brutes Bulwer-Lytton SEMUT hitam dipilih Menteri Tenaga Kerja Soedomo sebagai lambang produktivitas nasional. Di kamar tamunya terpampang sebuah pigura besar dengan gambar semut-semut hitam sedang giat bekerja. Semut hitam pun dipakai sebagai lambang Korps Zeni TNI-AD kita. Ini semua tentu bukan karena tembang Jawa "Semut Ireng", tetapi karena konsep Indonesia tentang binatang semut yang dianggap paling rajin dan selalu bekerja keras. Orang Barat tidak memakai semut sebagai lamban produktivitas. Mereka justru memilih lebah. Di Amerika Serikat dikenal kelompok elite dalam angkatan lautnya yang disebut Sea Bees, korps zeni. Di kaca-kaca mobil di Singapura akhirakhir ini banyak juga tampak gambar lebah membawa tulisan "Come on Singapore". Mcreka tidak sedang mempromosikan madu tawon. Ternyata, di Singapura sedang berlangsung kampanye produktivitas nasional. Mereka bahkan membentuk Dewan Produktivitas Nasional. Poster-poster besar tampak dlmana-mana menggambarkan wajah-wajah karyawan dengan gembira mengacungkan jempol sambil menyeru: together we work better. Di televisi dan radio sebentar-sebentar terdengar jingle yang dinyanyikan dengan riang: We have a plan, We have a plan are going to work together . . . Beberapa hari yang lalu Pak Domo pun muncul di TVRI untuk sekali lagi berbicara tentang produktivitas nasional. Tak jemujemunya ia menggarap tenaga kerja Indonesia untuk bersikap ke arah produktivitas nasional. Ia mendatangi setiap kesempatan penandatanganan HPP untuk bisa berbicara langsung dengan para tenaga kerja. Setiap pertemuan para manajer yang tergabung dalam Puspi-Kadin kalau membicarakan soal tenaga kerja pasti dihadiri Pak Domo. "Produktivitas itu adalah sikap mental agar hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Ini menyangkut disiplin dan merupakan masalah nasional yang harus kita tangani," kata Pak Domo selalu. Mengobarkan gairah dan semangat produktivitas memang bukan soal kecil. Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew mengatakan bahwa dibutuhkan waktu 15-20 tahun untuk membuat warga Singapura mempunyai kesadaran produktivitas seperti bangsa Jepang atau Korea. Karena itu, Lee mengimbau segenap warganya untuk mempunyai productivity will. Ia memang menyadari bahwa warganya tak hanya mempunyai sifat materialistis dan individualistis, tetapi juga apatis, dan complacent, alias cepat puas. Kalau sudah jadi mandor, ya sudahlah. Kalau sudah tinggal di rumah pangsa, ya sudahlah .... Sikap rata-rata orang Singapura terhadap produktivitas adalah: apa untungnya buat saya? Riset yang diselenggarakan Times Organisation menunjukkan bahwa 80% responden mengetahui kaitan erat produktivitas dengan hubungan karyawan dan majikan, kerja sama, latihan untuk peningkatan kerja, dan sikap setiap karyawan terhadap kerja. Tetapi 70% menyatakan bahwa hanya pemerintah dan majikan saja yang akan menuai keuntungan dari kesadaran produktivitas nasional ini. Bertolak dari riset inilah maka Pemerintah kemudian merangkai tangan dengan sektor swasta untuk membentuk Dewan Produktivitas Nasional yang kemudian menggalakkan kampanye produktivitas. Kampanye itu menggunakan pendekatan stick and carrot (Masih ingat pelajaran tentang motivasi: kusir kereta kuda mengikat wortel pada ujung cemeti dan menggantungnya di depan hidung kudanya?). "Cemeti" yang dipakai adalah untuk menunjukkan sisi ketahanan ekonomi - bahwa semua hasil yang telah dicapai Singapura pada saat ini akan musnah bila warganya bersikap apatis dan cepat- puas. Sedang "wortel"-nya adalah suatu gambaran kesejahteraan bagi setiap orang, setiap perusahaan, dan seluruh bangsa bila warganya berhasil meningkatkan produktivitas. Singapura memang terkenal jago dalam berkampanye untuk menggalakkan semangat warganya guna mencapai suatu tujuan. Tujuan itu sendiri selalu sederhana dan kongkret sehingga mudah dicapai. Tiga kampanye sebelumnya: Keep Singapore Clean, Tqeo is Enough, dan Courtesy is our Way of Life telah dianggap berhasil merangsang warganya berslkap baru. Kampanye produktivitas nasional yang digarap oleh Kenyon & Eckhardt Advertising ini baru saja menggondol anugerah Max Lewis pada Kongres Periklanan Asia yang baru lalu di Seoul. Tentunya kampanye ini pun akan berhasil membangkitkan kesadaran produktivitas warga Singapura. Tidak jelek kalau contoh baik ini kita tiru, bukan ? Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus