Bukan beda agama, tapi warna kulit

Dalam tulisan "Jembatan Baru Dalam Kehidupan Beragama" (TEMPO, 29 Agustus 1992, Agama) Dr Th. Sumartana kurang lebih menyebutkan, sejarah Kristen di Eropa memandang agama lain sebagai agama pinggiran. Tampaknya sikap inilah yang dibawa oleh kolonial Eropa ke Indonesia. Pada masa kolonialisme Barat di Indonesia orang-orang Eropa Kristen menganggap orangorang non-Kristen sesat dan kafir, sehingga orangorang nonKristen harus ditaklukkan, dibasmi, dan dimasukan ke agama Kristen. Saya merasa pandangan Sumartana itu keliru. Saya tidak melihat bahwa penaklukan, pembasmian, ataupun penindasan disebabkan berbeda agama, tapi perbedaan kulitlah penyebab utama pandangan tersebut. Sejarah membuktikan, misalnya, perjuangan Martin Luther King di Amerika Serikat. Saat itu penindasan oleh orang kulit putih terhadap orang kulit hitam masih tetap terjadi walau orang kulit hitam telah memeluk Kristen. Penguasa kulit putih di Afrika Selatan masih saja melakukan tindakan tak terpuji terhadap saudara-saudara kita yang mayoritas pemeluk Kristen. Bahkan di Irian Jaya dan keterbelakangan Timor Timur sebelum kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dapat dijadikan bukti yang nyata. Dengan bukti-bukti di atas semoga pandangan Dr Th. Sumartana terhadap kolonial Eropa Barat setidak-tidaknya bisa sedikit berubah. EFENDI BAHARUDIN PO Box 430 Jeddah 21411 Arab Saudi