Laporan Utama TEMPO, 17 Oktober 1992, menulis tentang kasus yang menimpa Cacuk sampai Direktur Utama PT Telkom itu digusur dari kursi dirut. Padahal Cacuk punya gagasan cemerlang, dan begitu agresif dalam mewujudkan gagasannya itu. Penyebab penggusuran itu karena secara teknis dia dinilai salah. Padahal Cacuk menilai bahwa satu kelompok di atasnya terkesan lamban. Kondisi inilah yang agaknya menyebabkan Cacuk memilih bergerak cepat kendatipun harus meloncat jauh ke depan dan mendobrak beberapa sistem dan prosedural yang ada, yang sebenarnya tidak boleh tidak harus ia lalui. Hal itu pulalah kiranya yang menyebabkan timbulnya pemeo di beberapa kalangan bahwa Cacuk telah menjadikan PT Telkom sebagai kerajaan bisnisnya sendiri, padahal PT Telkom mempunyai demikian banyak jaringan birokrasi yang, disadari atau tidak, demikian kuat mengikat. Berangkat dari itu kita agaknya patut memikirkan beberapa hal yang, menurut saya, penting untuk dipikirkan. Atau setidaknya sebagai catatan-catatan kecil: pertama bahwa kita harus senantiasa mempunyai jiwa dan pemikiran universal dan tindakan situasional. Sebab, saya pikir, hal itu justru dapat kita gunakan sebagai jurus ampuh untuk merealisasikan gagasan kita. Hal itu agaknya cukup beralasan karena kita tidak hidup sebagai raja dari sebuah kerajaan yang tak terikat oleh suatu jaringan sistem apa pun (kebal hukum), tetapi kita berdiri di atas posisi yang serba tatanan dan prosedural. Kedua, bahwa gagasan secemerlang dan sebaik apa pun yang kita miliki justru dapat menjadi bumerang bagi kita hanya karena secara teknis kita dinilai kurang mencerminkan gagasan kita itu. Sekalipun sebenarnya tidak demikian, namun kita dapat melihat bahwa sistemlah yang membuat kita salah. Hal itu juga membuktikan bahwa betapa kuatnya suatu jaringan sistem itu. Jika hal itu diterima, maka di sinilah agaknya kita ditantang untuk dapat memainkan peran yang kita miliki untuk selalu berlandaskan pada perhitungan yang matang, dan melihat jauh ke depan. Sehingga kita tak lagi menjadikan suatu jaringan sistem sebagai suatu kendala, tetapi seyogyanya kita dapat menerjemahkannya menjadi sebuah sarana pendukung. Apalah artinya sebuah gagasan cemerlang yang mempunyai segala macam prospek kalau akhirnya kita sendiri yang terlempar, sehingga justru kita menjadi kehilangan peran. Apakah kita harus rela membiarkan diri kita menjadi lilin-lilin penerangan yang menerangi dan memancarkan sinarnya, sedangkan dirinya habis termakan api sistem. Namun terlepas dari itu semua, kita patut memberikan peng hargaan yang istimewa buat Om Cacuk, sebab dia (sebagai Direktur Utama PT Telkom) setidaknya telah banyak berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara, dan telah dapat membawa kemajuankemajuan baru terhadap pertelekomunikasian negara Indonesia dengan hasilhasil yang cukup mengagumkan. Dan saya sebagai bangsa Indonesia patutlah kiranya mengucapkan terima kasih, dan mudahmudahan tindakan dan sumbangsih Anda diterima di sisinya. Dan saya yakin, sejuta tugas siap menanti Anda. ANIS HAMIM Siswa MA Nurul Jadid PO Box I Paiton Probolinggo 67291 Jawa Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini