Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Cuma buat lelaki ?

Surga diperuntukkan bukan hanya untuk lelaki. semua hamba allah yang beriman, pria maupun wanita mempunyai hak menikmati. keadaan surga tak bisa dijangkau akal pikiran manusia.

20 Agustus 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya terpanggil menjawab pertanyaan seseorang yang tak mau disebut namanya, yang saya sebut saja Hamba Allah, dalam suratnya berjudul "Surga Cuma Buat Lelaki" (TEMPO, 9 Juli). Kalau kita membaca Quran sepintas lalu, memang nikmat-nikmat surga itu hanya untuk lelaki. Wanita tak disebut-sebut. Seolah-olah mereka dikucilkan dan tak dianggap penting. Padahal, surga itu terletak di bawah kaki kaum ibu. Ini dapat dilihat dalam Surah 2:25, 13:35, 47:15, 37:40-46- 83:25-28. Semua ayat tersebut memakai kata mudzakkar (untuk jenis lelaki -- Red.) dan sama sekali tak memakai kata muannast (untuk jenis wanita - Red.). Karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa nikmat-nikmat surga hanya untuk lelaki, sedangkan buat wanita tidak ada. Padahal, dalam menjalankan ibadat, pria dan wanita mempunyai hak yang sama. Bacalah Surah 33:33-36. Kalau sama haknya, mengapa kaum wanita tak masuk surga? Kalau tidak masuk ke surga, mereka masuk ke mana? Dan menjadi apa? Jawaban atas semua pertanyaan itu termaktub dalam ayat berikut. Allah berfirman, "Siapa saja, baik laki-laki maupun wanita, yang mengerjakan amal saleh, sedangkan mereka beriman, maka mereka akan masuk surga mereka diberi rizki tanpa diperhitungkan" (Surah 40:40). Maka, jelas laki-laki dan wanita sama-sama masuk surga dan mereka mendapat nikmat yang sama. Cuma satu hal yang tak sama. Yakni, untuk laki-laki disediakan bidadari, sedangkan bagi wanita tidak. Inilah tentu yang mengganjal di pikiran Saudara Hamba Allah, pengirim surat itu. Sehingga, ia berkesimpulan bahwa surga cuma buat lelaki. Anggapan itu sebenarnya salah. Sebab, nikmat-nikmat surga itu tidak dapat dilukiskan dengan benda-benda jasmani. Allah berfirman, "Seseorang tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (Surah 32:17). Itu diperjelas oleh hadis qudsi (firman Allah dalam bentuk hadis Nabi Muhammad - Red.), yang diriwayatkan Abu Hurairah. Nabi Muhammad saw.bersabda, "Allah berfirman, 'Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah tergores dalam hati manusia'" (Shahih Al-Bukhari, jilid II, Kitab Badaul Khalq, Bab Sifatul Jannah). Jadi, sesuatu yang masih bisa dilihat diraba, didengar, dan dirasakan bukan nikmat surga. Pertanyaannya kini, kalau begitu, mengapa Allah menerangkan nikmat-nikmat surga itu identik dengan benda-benda jasmani? Jawabannya dapat kita bagi dalam beberapa kategori. 1. Dalam kitab-kitab agama sebelum Islam, terdapat keterangan mengenai surga. Tetapi keterangan itu tak selengkap dan seindah penjelasan Quran. Ini menjadi hujjah (alasan - Red.) atas kebenaran Islam itu sendiri bahwa Islam menampilkan hal yang lebih baik dari agama-agama lain. 2. Janji memperoleh nikmat surga yang mengasyikkan itu dapat merangsang atau memotivasi orang Islam, agar lebih banyak mengerjakan amal saleh. 3. Kesenangan yang dijanjikan itu, berupa taman yang dihuni bidadari, anak sungai yang airnya jernih mengalir di sana-sini, sungai susu, sungai madu, sungai arak, dan buah-buahan beragam bentuk dan rasa, akan mempesona orang Islam. Bacalah Quran 13:35 47:15. Keadaan surga yang sebenar-benarnya tak dapat dijangkau akal dan pikiran. Tetapi sekadar untuk mendekati pengertiannya dapat dibandingkan dengan mimpi. Allah berfirman, "Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati waktu tidurnya, maka Dia menahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia mengirimkan kembali jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya, dalam hal-hal seperti itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir" (Surah 39:42). Dalam ayat itu diterangkan persamaan antara maut dan tidur. Yakni, rohnya sama-sama digenggam Allah. Bagi orang yang sudah mati, roh dan jasadnya secara total telah berpisah. Sedangkan pada orang tidur, roh dan jasadnya dipisahkan sementara. Dalam perpisahan sementara ini, roh manusia mendapat tubuh baru dan lingkungan baru, dan adakalanya dia dapat bertemu dengan orang yang sudah mati ratusan tahun lalu. Ini tak bisa dikatakan sebagai hasil khayalan di waktu sadar. Mimpi yang bersih selamanya mempunyai ta'bir (suatu arti - Red.). Misalnya, siapa saja dalam mimpinya merasakan bahwa ia berada dalam taman dan ada sungai mengalir di dalamnya, orang itu mempunyai iman dan amal yang baik. Maksudnya, rohnya sedang menyerap rahmat Allah. Orang yang bermimpi kawin dengan seorang gadis cantik atau bidadari, dia akan memperoleh kebahagiaan. Maksudnya, rohnya sedang merasakan suatu kelezatan. KHAERUDDIN BARUS S.Y. Jalan Pasar III/5 A Medan 20238

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus