Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Demokrasi dan main kasti

Permainan kasti mirip permainan kenegaraan, antara pemerintah dan oposisi. regu pemukul bola ibarat pemerintah dan regu penjaga bola ibarat golongan oposisi. permainannya juga harus sportif.

30 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUKAH Saudara permainan kasti? Dua regu berdiri berhadapan di dalam suatu pertandingan. Berdiri di kotak pemukulan bola ('rumah'), anggota regu pemukul bola selepas memukul bola lalu berlari ke salah sebatang tiang perhentian. Ada dua tiang perhentian: yang dekat kotak pemukulan bola dan yang jauh. Ketika berlari (berada) di antara kotak pemukulan bola dan tiang-tiang perhentian si pelari boleh dilempari bola. Kalau salah seorang anggota regu pemukul bola kena lemparan, maka regunya 'mati'. Demikian pula kalau selama satu giliran jaga regu penjaga berhasil menangkap bola sebanyak tiga kali sebelum bola menyentuh tanah, maka regu pemukul bola balik menjadi regu penjaga bola dan sebaliknya. Di dalam hal seseorang anggota regu pemukul luncas dilempari bola dan berhasil kembali ke kotak pemukulan bola maka ia memperoleh angka. (Hanya regu pemukul yang dapat meraih angka.) Anggota yang terakhir memukul (karena anggota-anggota regunya yang lain tak ada lagi di dalam kotak pemukulan) mendapat hak memukul bola sebanyak tiga kali. Kalau selepas pukulan yang ketiga, tak ada barang seorang pun anggota regunya yang kembali atau ketika kembali ke 'rumah' kena lempar bola, maka regunya 'mati'. Regu penjaga bola menjaga hanya selama pemukul bola belum ada yang kena lemparan bola di luar kotak pemukulan bola atau 'rumah' dan di luar wilayah tiang perhentian atau pemukul bola yang terakhir telah usai memukul tiga kali dan tak seorang pun dari regunya yang berhasil 'dibebaskannya', yakni pulang ke kotak pemukulan. Permainan kasti ini amat menyerupai 'permainan' kenegaraan antara pemerintah dan oposisi. Regu pemukul bola ibarat pemerintah, regu penjaga bola ibarat golongan oposisi. Regu yang satu memukul, regu lainnya menjaga. Tapi kedua regu wajib bersama-sama menjaga supaya yang dipukul adalah bola, bukan kepala lawan, meskipun sama-sama bulatnya. Regu penjaga tak boleh menggaet kaki lawan, menggenggam tangan, lengan atau bagian tubuhnya yang lainnya atau membetot baju dan celana kolornya. (Bayangkan rincuhnya kalau kolor itu putus!) Sebaliknya regu pemukul tak memukul bola sampai ke luar batas lapangan permainan (kanan-kiri lapangan), kecuali ia berhasil menjatuhkan dahulu bola itu di dalam batas garis-garis lapangan, lalu baru bolanya menggulir ke luar. Tapi kalau ia pandai memukul bola lurus melewati garis belakang, bukan garis samping, boleh saja bolanya jatuh di luar garis lagangan. Tapi jarang pemukul yang pandai memukul bola sejauh itu. Larangan paling keras adalah melemparkan kayu pemukul kepada pelayan bola (server) atau penjaga lainnya. Itu sangat berbahaya, mencelakakan. Dan kalau sampai itu terjadi juga, maka regu yang main kayu itu dinyatakan kalah oleh wasit. Permainan ini mengasyikkan bagi kedua regu dan bagi para penonton selama permainan 'suceng' (bersih). Tapi segera setelah ada yang main kayu, kerincuhan terjadi, bahkan tak jarang timbul perkelahian. Celakanya bila perkelahian timbul, maka penonton-penonton pun nimbrung (campur mulut dan ludah, campur tangan dan campur kaki) membantu regu pilihannya serta menyerang regu yang dianggapnya lawan. Perkelahian antara penonton lawan penonton biasanya tak berakhir di lapangan, melainkan diawetkan menjadi permusuhan yang berkepanjangan dengan dibumbui ungkapan-ungkapan got. Tapi selama aturan permainan dijaga, permainan itu - seperti semua cabang olahraga, kecuali tinju, gulat dan sebangsanya --bersifat damai dan sungguh mengasyikkan. Kadang-kadang dua anggota regu lawan menjadi sahabat, bahkan ipar. Dan olahraga memang mendidik orang untuk sportif, suceng, bermain bersih, bersikap satria. Kalau kita percaya kepada Johan Huizinga (1872- 1945), filsuf sejarah Belanda yang berjasa memancing berbagai pemikiran ke masa depan -- sebagaimana ditulis di dalam Homo Ludens (Manusia Bermain) -- maka tiap unsur kebudayaan merupakan suatu permainan. Politik pun seharusnya merupakan semacam permainan yang sportif. Contoh baik ada di Inggris. Misalnya Partai Konservatif memerintah, maka mereka yang pernah pergi ke Hyde Park menghadiri kampanye pemilihan umum Partai Buruh tak'kan dipecat, diturunkan pangkatnya, dicopot dari jabatannya, dicabut berbagai fasilitas yang menjadi hak kelahiran (birth-right) setiap warganegara. Kalau ganti Partai Buruh berkuasa, maka mereka yang pernah mengritik tak'kan mendapat balas dendam. Karena kritik dan koreksi merupakan kandungan tersirat demokrasi selama kritik dan koreksi itu bukan fitnah. Kalau itu fitnah, maka pengadilanlah yang berhak mengurusnya bukan tiap menteri atau pejabat membalas dendam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus