Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banjir telah menggenangi 60 persen wilayah Jakarta dan banyak orang kini bertanya: kenapa? Ini pertanyaan wajar mengingat banjir bukanlah bencana yang tak bisa diantisipasi seperti gempa. Gejala alam ini lebih mudah diperkirakan kehadirannya karena curah hujan sudah dapat diramalkan sebelumnya. Kawasan yang berpotensi tergenang juga dapat dengan mudah diidentifikasi karena sifat air yang hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Itu sebabnya alam tak dapat disalahkan atas terdadaknya penduduk Jakarta oleh serangan banjir besar pekan lalu. Ini persoalan manajemen kota belaka.
Celakanya, kemampuan manajemen Kota Jakarta mengantisipasi banjir amat lemah. Buktinya, serangan banjir bertambah gawat dengan berjalannya waktu. Ini menunjukkan pemerintah kota memang kurang peduli terhadap ancaman banjir. Tak ada upaya untuk memetakan kawasan potensi banjir dan membuat rencana evakuasi yang serius. Padahal, jika pemetaan ini telah dibuat, yang kemudian diperlukan hanyalah menyiapkan penduduk untuk mengenali berbagai skenario yang mungkin muncul dan tindakan apa yang harus dilakukan. Ini tak sulit dilakukan dan tak akan memakan biaya besar. Yang dibutuhkan hanyalah kepedulian dan disiplin kerja yang dapat diandalkan dari para pejabat Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Penduduk di kawasan yang biasa terserang banjir umumnya telah paham bahwa upaya menghilangkan sama sekali bencana ini mungkin masih terlalu mahal untuk dilakukan. Itu sebabnya yang diharapkan dari pemerintah kota sebenarnya lebih sederhana, yaitu sistem pemberitahuan dini tentang datangnya air dan jalur evakuasi seperti apa yang dapat disiapkan. Bila pemerintah Kota Jakarta mampu memberikan pelayanan ini, masyarakat akan lebih siap mengatasi serangan air. Kerugian jiwa ataupun harta dapat diminimalkan dan masalah pengungsian juga tak terlalu merepotkan karena kebanyakan warga tentu telah melakukan langkah persiapan masing-masing.
Sekarang banjir telah berlalu, tapi akan datang lagi pada musim hujan yang akan datang. Kini tersedia waktu yang lebih dari cukup untuk membuat peta potensi banjir yang berikutnya. Bila peta telah selesai dibuat, hasilnya harus segera dimasyarakatkan. Bahkan rambu-rambu penanda juga layak dibangun di kawasan rawan banjir itu. Rambu-rambu yang dengan jernih memberi tahu warga bahwa kawasan itu akan terendam 25-30 sentimeter bila tinggi air di pintu air Depok mencapai 85 sentimeter, misalnya. Setelah itu, disiapkan sistem alarm untuk memberi tahu penduduk tentang kemungkinan banjir dan pusat informasi 24 jam yang menjadi andalan warga untuk mengetahui perkembangan terakhir ancaman serangan air itu.
Informasi yang lengkap dan sistem peringatan dini yang sigap akan mempermudah masyarakat menyelamatkan jiwa dan harta bendanya. Selain itu, hal ini akan melindungi warga yang mencari lokasi tempat tinggal atau tempat kerja dari kemungkinan tertipu membeli lahan yang ternyata rawan banjir. Tersedianya informasi ini juga akan memudahkan masyarakat membangun kelompok untuk memitigasi dampak banjir. Misalnya dengan berswadaya membeli pompa bersama dan menaruhnya di lokasi yang tepat.
Kehadiran informasi ini pasti akan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menjaga lingkungannya, termasuk mengawasi terjadinya kegiatan yang melanggar rencana tata ruang di lokasi itu. Transparansi dalam penyusunan rencana umum tata ruang dan kemudahan akses terhadap dokumen ini, misalnya dengan menampilkannya di situs Internet, akan membuat tingkat kepatuhan terhadap rencana kota ini semakin baik. Penduduk suatu daerah pasti tak ingin terkena banjir gara-gara ada pembangunan mal di situ penyerap air kawasannya dan akan mengadukan setiap pelanggaran kepada yang berwenang.
Tersedianya informasi ini memang tak akan menghilangkan banjir, hanya meminimalkan dampaknya. Itu sebabnya upaya di bidang penyediaan informasi tata ruang, pemetaan daerah rawan banjir, rencana evakuasi, dan pembangunan sistem peringatan dini hanyalah solusi sementara sambil menunggu terbangunnya sistem pengendalian banjir yang efektif.
Namun, karena upaya pengendalian banjir membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, solusi interim amat diperlukan kehadirannya. Itu sebabnya, ketimbang membuang energi saling menyalahkan mengapa banjir terjadi, sebaiknya para pejabat Ibu Kota memfokuskan diri pada antisipasi atas serangan banjir di musim hujan mendatang.
Sediakanlah secepatnya peta lokasi rawan banjir yang lengkap, rencana evakuasi yang memadai, dan sistem peringatan dini yang andal bagi penduduk Jakarta. Apa boleh buat, serangan banjir tampaknya tak mungkin dinafikan dalam beberapa tahun ke depan, maka yang dapat dilakukan hanyalah meminimalkan dampaknya dulu. Ini bukan soal sulit, maka tak ada alasan untuk tak melakukannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo