KALAU antara puluhan film-film yang tak bermutu
sekonyong-konyong disajikan suatu karya film yang bernilai tentu
menggembirakan. Maka peredaran film The Deer Hunter selayaknya
disambut positip, baik oleh penggemar film maupun oleh karyawan
film. Terutama bagi golongan terakhir pemutaran film tersebut
dapat dimanfaatkan. Bukankah pada umumnya kelemahan film-film
kita terletak pada penyutradaraan yang kurang cerdas, ceritera
dan skenario lemas, susunan adegan kurang cermat serta iramanya
sangat lambat. Walhasil peredarannya cemas karena penonton
kurang puas.
Mendengar bahwa badan sensor telah menghilangkan 30 menit
(setengah jam atau kurang lebih 43.2000 frames) kami tertarik
melihat The Deer Hunter sekali lagi. Biasanya adegan porno atau
hal-hal yang dapat merusak moral digunting. Karena menurut hemat
kami hanya dua tiga shot akan menimbulkan nafsu gunting bagi
badan sensor maka kami ingin melihat bagian mana pula menjadi
korban kebijaksanaan sensor.
The Deer Hunter adalah suatu film dengan latar belakang perang
Vietnam, keterlibatan Amerika yang sinting dan tak berguna dan
perubahan jiwa pada para veteran yang mengalami neraka perang
Vietnam.
Karena perubahan jiwa mengambil peranan utama dalam cerita, maka
dengan sendirinya adegan di mana sifat pribadi tiap pelaku
diperkenalkan sangat mutlak untuk menghargai cara sinematografis
perubahan jiwa masing-masing itu diwujudkan.
Mike jagoan dalam film, seorang buruh pabrik baja gemar
membunuh, menembak mati rusa dengan hanya mempergunakan satu
peluru. Adiknya Nick sebaliknya pengecut benci memburu, pencinta
alam semesta.
Dalam perkembangan cerita setelah Mike mengalami neraka Vietnam
ia tak sampai hati lagi menembak rusa sedangkan Nick setelah
menderita shock akibat keganasan dihantui oleh keinginan
membunuh, membunuh diri sendiri.
Setelah guntingan sensor beraksi, memperpendek adegan di sana
sini atau kadang-kadang menghilangkan sama sekali suatu adegan,
lenyaplah pula bagian di mana Mike sepulang dari perang tak tega
menembak mati seekor rusa lagi dan membiarkan dia lepas merdeka
di tengah-tengah keindahan alam. Begitu pula pada permulaan film
adegan di mana diperlihatkan memburu bersama-sama sebelum
berangkat ke medan perang diperpendek dan justru bagian di mana
sifat lembut pengecut Nick dipamerkan, dihilangkan.
Keterlibatan gila Amerika dalam perang Vietnam, suatu tema dalam
film yang patut dipuji karena keberanian kritik diri sendiri,
juga diperpendek. Penutup film yang agak sentimentil tak
terganggu oleh sensor karena hanya itu tinggal utuh, maka
introspeksi terlebih dahulu tak terkesan.
Sebelum pengguntingan sensor, kritik diri sendiri ini
disampaikan dalam adegan pesta kawin salah satu antara mereka
yang ikut ke Vietnam. Yang ditinggalkan sensor hanya sekedar
agar mengetahui si anu kawin sebelum terjun ke neraka. Suasana
keakraban antara sekelompok manusia, hubungan antara
masing-masing, tertariknya Mike terhadap kekasih Nick, harapan
kepahlawanan mereka sebagai pembela dunia merdeka, semuanya ini
menjadi korban sensor.
Dalam film asli, Mike kembali dengan selamat dari Vietnam.
Kawan-kawannya menunggu kedatangannya dan disiapkan pesta kecil
menyambut "pahlawan bangsa". Tapi Mike sesampai di desanya
gelisah dan segan menghadapi mereka yang asing terhadap
kenyataan pahit perang Vietnam. Ia memilih kesepian dalam suatu
motel dari pada pesta ria gembira, Baru keesokan harinya setelah
melihat dari jendela kawan-kawannya pulang ke masing-masing
rumah, ia kembali menemui pacarnya Nick.
Keseluruhan adegan yang sangat mengesankan ini juga tak muncul
di layar putih, menggelapkan itikad baik kami untuk menganggap
Dear Censor sebagai suatu badan yang kompeten dalam bidangnya.
YAZIR MARZUKI
d/a Jl. Cemara 6,
Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini