Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Dilema

16 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA seorang ustad bicara soal keadilan sosial, menginginkan pemerataan rezeki agar tidak bertumpuk di tangan sedikit orang meneriakkan demokratisasi dan mencela kediktatoran, menyindir feodalisme dan birokrat yang memanipulasi jabatan untuk kekayaan diri sesuai dengan petunjuk Quran surah Al Hasyr, ia amat sulit dituduh berindikasi komunis. Selain karena ia berjalan di atas tuntutan agama, ia memang berasal dari keluarga ustad tujuh turunan ke atas. Sang ustad berkata, bukankah sahabat Rasul sendiri Abu Dzar Al Giffari yang mengatakan negara berhak merampas tanah perorangan yang mubazir berlebih dan memberikan kepada tetangganya yang tidak punya sejengkal tanah pun untuk digarap? Sang ustad berkata, bukankah Rasulullah sendiri yang memikirkan nasib kaum buruh dan mesti menggajinya secara layak sebelum keringatnya kering dari tubuh? Rasulullah tidak mungkin Marxist karena Karl Marx sendiri belum lahir ke dunia. Dan jika Islam sendiri yang menyatakan kemiskinan bisa mendatangkan kufur, apakah Islam Juga kesusupan komunis? Jika gereja di Amerika Latin bicara soal "teologi pembebasan" merindukan pembebasan secara utuh dan menyeluruh, pembebasan dari belenggu tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang menindas, berpihak kepada kaum miskin yang sengsara dan tergencet, apakah lantas gerea ltu klta anggap berindikasi komunis? Jika gereja bertekad memihak mereka yang tertindas, menghantarkan mereka pada perjuangan kebebasan dari tindihan tangan tergencet, entah namanya conquistadores ataupun kapitalis Amerika Serikat, siapa yang bisa menyalahkan? Jika gereja memang melihat dengan mata kepala sendiri fakta bahwa gerilyawan Sandinista di Nikaragua pimpinan Daniel Ortega berhasil menggulingkan diktator Anastasio Tancho Somosa yang lalim dan ditunjang Amerika Serikat untuk melindungi modalnya baik di sektor listrik, kereta api, maupun hasil buah-buahan lewat Unite Fruit Company, apakah berarti gereja sudah pasti kemasukan ajaran Marxist? Apakah karena gereja Amerika Latin menganggap dirinya bukan saja diperuntukkan bagi kaum miskin melainkan juga gereja "miskin", lantas mereka itu harus juga dianggap berindikasi kiri? Siapa paling patut memikirkan orang-orang melarat kalau bukan agama ? Jika seorang ketua partai komunis seperti Mikhail Gorbachev bicara soal perestoika dan glasnost, bicara soal keterbukaan dan demokrasi, menata kembali tiang-tiang doyong dan keropos mengenyahkan rasa takut dan waswas penduduk tanpa sebab-sebab yang jelas, tidak suka lagi main gebuk dan tangkap, mentoleransi beda pendapat dan polemik, meludahi muka orang yang suka pongah karena kuasa, membuyarkan genggaman rezeki yang selama ini terpusat pada telapak tangan birokrasi tak tahu malu, apakah dengan begitu Gorbachev harus kita anggap sudah murtad dari komunisme dan menjadi Amerika, padahal ia ketua partai? Sebaliknya, apa mesti kita bilang Eisenhower -- yang membenci kampus dan menyindir kaum intelektual serta hafal di luar kepala silsilah nenek moyangnya hingga abad ke-18 itu -- sebagai orang yang berindikasi kiri? Sebaliknya lagi, jika seorang intelektual AS semacam Arthur M. Schlesinger Jr. yang menulis tentang tidak adanya lagi orang-orang besar di dunia seperti Roosevelt, Winston Churchill, Lenin, Stalin, Hitler, Mussolini, Clemenceau, Mahatma Gandhi, Kemal Attaturk, Sun Yat Sen, tanpa sedikit pun menyebut Eisenhower, apakah ia dianggap berhenti jadi intelektual? Tentu Schlesinger belum bicara tentang Ronald Reagan, "algojo" pesawat Airbus Iran yang saat itu baru saja lepas kontrak dengan Hollywood sebagai bintang film koboi. Jika seorang Soekarno di depan pengadilan kolonial Bandung bulan Agustus 1930 menandaskan bahwa PNI yang dipimpinnya tidak melanjutkan pekerjaan PKI yang sudah tumpas akibat pemberontakan tahun 1926, menandaskan tidaklah partainya berasaskan komunis, menandaskan ketidaksetujuan PNI dengan haluan PKI, mengambil kutipan dari buku-buku Ernest Renan, Haushotcr, Bij Water, dan Ratulangi yang kesemuanya nonkomunis untuk mendukung pendapatnya tentang ramalan akan pecahnya perang Pasifik dalam waktu dekat akibat benturan tak terelakkan sesama kekuatan kapitalis, kenapa toh ia masih dihukum buang ke Endeh dan Bengkulu kalau bukan karena ia seorang nasionalis yang benci kepada penjajahan dan menginginkan bangsanya merdeka? Kenapa orang mesti jadi komunis lebih dulu hanya untuk antikolonial dan penindasan? Kenapa orang-orang mesti jadi komunis lebih dulu hanya untuk membela rakyat terkungkung, mencela orang serakah, dan menghendaki keadilan merata. Menjadi komunis atau didakwa jadi komunis adalah keadaan berabe. Baik untuk dirinya, anak cucu, maupun menantu yang tidak tahu duduk soalnya. Di zaman kolonial, seorang istri yang sambalnya kurang terasi bisa dianggap komunis. Di zaman garanggarangnya Senator Mc Carthy, apa saja suara sumbang terhadap pemerintah, apa saja yang melenceng dari rel resmi Gedung Putih, apa saja yang namanya kecaman, akan dapat stempel "kiri" di jidat, paling sedikit "merah jambu". Menurut sebuah majalah Amerika, alkisah ada seorang opsir rezim diktator Batista di Kuba pergi meninjau desa sembari menjenguk gula-gulanya. Penduduk pun bersiap menjamu dan seekor babi gemuk disediakan untuk dipanggang. Apa lacur, babi suguhan itu lenyap. Dengan murka yang amat sangat, seorang gelandangan langsung ditangkap dan dihukum tembak. Apa mau dikata, subuh keesokan harinya binatang babi itu muncul menggeliat-geliat dari balik semak. Orang-orang kampung gempar, mempertanyakan nasib gelandangan yang malang itu. Sang opsir tenang saja dan berkata, "Ah, tidak apa-apa. Orang itu komunis."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus