Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Dpr: Kalian Bukan Komputer

Ada beberapa sebab DPR tak bisa menyuarakan aspira si rakyat. Diantaranya banyak anggota yang diangkat tak bermutu. (kom)

7 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA berbagai hal yang menyebabkan DPR tidak menyuarakan aspirasi rakyat. Pertama, komposisi Dewan tidak bersifat mewakili. Terlalu banyak anggota yang diangkat. Yang dikehendaki tidak Dewan Pengangkatan, bukan? Cobalah simak Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1976 pasal 7 ayat (1) dan (2). Orang main gundu saja ada aturannya, apalagi di lembaga legislatif kita ini. Cara bertanya, berpendapat, mengambil keputusan dan lain-lain, dibikin tata-tertibnya. Tata-tertib DPR tidak dibikin oleh siapa-siapa, tidak dibikin di Asem Reges atau pesan di tempat yang lain, tapi dibikin sendiri. Nah, kalau membikin aturan untuk diri sendiri kenapa pakai yang sulit-sulit? Seharusnyalah dibikin aturan yang memberi ruang gerak tidak sumpek, dan demokratis. Sehingga aspirasi rakyat bisa tersampaikan dengan assoi. Tidak tersendat-sendat, dikarenakan aturannya sendiri. Hal ketiga, yang menyebabkan DPR jadi pendiam seperti gadis pingitan, adalah mutu wakil rakyat yang duduk. Tipe Yudistira dalam wayang, jujur tapi pasif, tidak klop untuk jadi wakil. Dibutuhkan wakil yang berwatak. Kehendak rakyat harus disuarakan dengan benar, berani, tanpa ada rasa takut merugikan seseorang atau segolongan kecil yang memang bersalah. Kehendak rakyat tidak untuk direnung-renung lantas dimasukkan ke dalam hati. Kalau demikian halnya, pucuk yang dicinta rakyat tidak akan pernah tiba ulamnya. Di Senayan tidak untuk bertapa, bukan? Ibarat bunga plastik, tidak akan menyemarakkan bau harum yang semerbak. Apalagi menghasilkan buah. Ibu pertiwi akan berlinang air mata bersedih hati, apabila jabang bayi yang dirindukan produk Pemilu 1977 nantinya ternyata makhluk impoten. Tidak hadir sebagai subjek demokrasi, tapi komputer. SOEN'AN HADI POERNOMO Akademi Usaha Perikanan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus