DALAM menghadapi Kongres Partai Komunis Cina (PKC) yang ke-13 pada Oktober mendatang, pertentangan antara faksi reformis dan faksi konservatif makin menggebu-gebu saja. Sebenarnya, puncak proses pergulatan itu telah dimulai sejak enam bulan silam dengan terjadinya serentetan demonstrasi mahasiswa yang menuntut konsesi-konsesi lebih besar dari pemerintah dan partai. Untuk sementara, sejak awal tahun ini, golongan reformis di bawah komando Deng berada dalam posisi defensif. Keadaan itu dibuktikan dengan keterpaksaan Deng untuk mengalah. Pertama, tersingkirnya Zhao Ziyang dari kedudukan ketua partai. Dan kedua, dilancarkannya suatu kampanye ala Maois buat mengganyang hal-hal yang berbau Barat dan "borjuis" di bawah nama Gerakan Anti-Liberalisme Borjuis. Tapi, dalam dua pekan terakhir ini keadaan tiba-tiba saja berubah. Kali ini, kaum reformis yang merangsek. Itu ditandai terutama dengan penerbitan kembali pidato Deng Xiaoping yang diucapkan tujuh tahun silam yang juga merupakan suatu komando untuk mengadakan reformasi politik dan ekonomi. Sementara itu, makin tampilnya Zhao Ziyang yang memegang dua posisi menentukan (perdana menteri dan ketua partai) memberi isyarat bahwa posisi golongan reformis makin kuat dan sudah memulai ofensif balasan. Di balik berita berjayanya Deng Xiaoping dalam pertarungan politik itu, menarik untuk disimak berbagai faktor di balik kemenangan itu. Saya rasa alasan utamanya adalah kenyataan bahwa reformasi yang diperkenalkan Deng, terutama di bidang ekonomi telah mendatangkan banyak keuntungan bagi kebanyakan lapisan masyarakat Cina. Itu menyediakan sesuatu yang kongkret dan bisa dinikmati ketimbang slogan kosong yang disuarakan kaum konservatif di bawah pimpinan Peng Zhen. Dengan memperkenalkan Kampanye Anti-Liberalisme Borjuis, para penganut konservatisme hendak menghidupkan kembali suatu gaya perjuangan model Maois, yakni "garis massa" dan partisipasi politik massa. Ternyata, kedua senjata politik yang begitu ampuh di tangan Mao dan para Maois sekarang sudah tak mempan lagi. Saya mendapat kesan, rakyat Cina, terutama generasi muda, tak begitu berminat lagi pada politik dan ideologi. Program reformasi yang sudah berjalan delapan tahun lamanya telah mengubah rakyat Cina menjadi realis. Ingat salah satu slogan Deng yang mengatakan, "apa pun yang baik buat Cina, segalanya akan dikerjakan dan ditempuh." Regenerasi merupakan salah satu topik yang akan dibahas dalam kongres yang akan datang. Dalam hubungan ini Deng dan Zhao telah berhasil menempatkan orang-orang relatif muda pada posisi strategis dalam partai dan pemerintahan. Kedudukan Hu Yaobang yang kemudian dilanjutkan oleh Zhao Ziyang sebagai ketua PKC telah memungkinkan kaum reformis mengatur dan menyaring penempatan personel dalam kepengurusan partai. Posisi Zhao Ziyang tak ada bedanya dengan kedudukan yang dipegang Stalin menjelang Lenin tutup usia. Posisi Stalin sebagai Sekjen Partai Komunis Uni Soviet telah memberi peluang kepadanya untuk menempatkan orang-orang kepercayaannya pada posisiposisi kuncn Dengan demikian, sangat mudah baginya untuk menguasai partai pada waktu hari-H tiba. Jangan juga dilupakan Deng Xiaoping adalah seorang politikus cerdik yang pandai membaca dan memanfaatkan situasi. Tanpa kepandaian itu mana mungkin ia bisa selamat dari sabetan Mao sampai dua kali. Sementara itu, dalam tubuh sayap konservatif tak hadir tokoh panutan sekaliber Mao atau paling tidak dapat menandingi kelihaian Deng. Dalam pada itu, ruang gerak golongan konservatif di dalam partai pun sudah makin sempit. Itu berkat keberhasilan Deng dan Zhao menciptakan badan-badan tandingan baru dan dipimpin oleh orang-orang yang memihak kepada mereka. Misalnya pembentukan Biro Supervisi yang dimaksudkan sebagai pengimbang Komisi Pusat Urusan Disiplin yang dipimpin tokoh konservatif Peng Zhen. Sebagai orang yang mengepalai biro baru itu telah ditunjuk Wei Jianxing, orang Hu Yaobang yang tetap dipertahankan untuk aktif di dalam partai. Zeng Zhi, penyokong kuat Zhao Ziyang, ditunjuk sebagai Direktur Badan Riset Komite Sentral. Biro itu membayangi Kantor Riset Kebijaksanaan Partai yang dikepalai tokoh superkonservatif Deng Liqun. Pendeknya, menjelang dibukanya kongres partai mendatang, Deng dan kawan-kawan telah berhasil mengatasi serangan golongan konservatif. Tapi, itu tak berarti bahwa kejayaan telah berada 100% di tangan reformis. Kongres masih akan berlangsung pada tiga bulan mendatang, suatu jarak waktu yang cukup lama untuk terjadinya situasi balik. Ingat, salah satu ciri politik di Cina adalah perubahan yang selalu datang dengan tiba-tiba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini