BAPAK Pandu Baden Powell pernah berkata, "Sepak bola hanya baik untuk pemainnya, bukan untuk penontonnya." Itu dikatakannya karena pada masanya penonton bola selalu berjudi untuk mempertaruhkan siapa bakal jadi juara. Baden Powell memang membenci judi dalam segala macam bentuknya. Ia tentu tak akan mengira bahwa pada suatu ketika, lama setelah jasadnya di baringkan di Nyeri, dekat Nairobi, warga bangsanya melakukan kebiadaban dan pembunuhan di antara sesama penonton sepak bola. Fanatisme membunuh. Itu telah berulang kali dibuktikan sejarah. Karena itu, konon, orang Italia yang fanatik sepak bola punya sebuah peraturan yang tidak tertulis. Bahwa bila polisi sedang mengejar maling, dan kejar-mengejar itu melalui lapangan sepak bola. sementara dua kesebelasan sedang bertanding, maka keduanya harus berhenti dulu untuk menonton pertandingan itu. Begitu wasit meniup peluit panjang tanda permainan berakhir, maling dan polisi dipersilakan melanjutkan acara kejar-mengejar itu. Ladang pembantaian yang telah mengubah nama Stadion Heysel di Brussels mmggu lalu membuktikan betapa fanatisme tanpa aturan justru menjadi pengkhianatan terhadap sasaran utama. Fanatisme pendukung Liverpool telah mengkhianati sepak bola dan mengkhianati olah raga pada umumnya. Hal semacam itu juga bisa terjadi dalam lingkup sebuah organisasi. Setiap organisasi, termasuk organisasi bisnis, mempunyai beberapa subbidang atau subkegiatan. Setiap bidang mempunyai sasarannya masingmasing. Pemimpin tiap-tiap bidang tentu berusaha keras memotivasi anak buahnya untuk mencapai sasaran itu seberapa dapat. Tetapi hal ini sering justru menciptakan fanatisme kelompok. Sasaran kelompok tercapai, tetapi sasaran organisasi tidak tercapai. Lalu kelompok yang satu menyalahkan kelompok yang lain. Atau, mengindikasikan bahwa kelompok yang lain itu sebenarnya memang tak diperlukan dalam organisasi. Lihatlah organisasi pers, sebagai contoh. Di beberapa penerbitan pers tercipta kesan supremasi kelompok redaksi. Bahwa kelompok redaksilah yang paling bertanggungjawab atas sukses sebuah penerbitan pers. Bagian sirkulasi, bagian keuangan, bagian iklan, dan bagian produksi hanya merupakan embel-embel yang tidak penting. Karena itu, redaktur marah bila pulang dari perjalanan dinas dimintai bukti-bukti pengeluaran oleh bagian keuangan. Lupa bahwa if you are sloppy in money matters, you are sloppy in everything. Dalam organisasi perdagangan pun sering kali tercipta sikap raja-raja kecil dari para salesman. Mereka menganggap bahwa tanpa para salesman tidak akan ada uang bergemerincing masuk ke kas perusahaan. Sepanjang volume penjualan mencapai target, mereka tutup mata akan kenyataan lain. Mereka tutup mata bila ternyata hasilnya menjual mengakibatkan 20% piutang tak tertagih, atau enam bulan penumpukan stok di toko, atau usia piutang yang tiada akhir. Kegagalan ini dapatlah dianggap sebagai kegagalan para pemimpin dalam memotivasi anak buahnya. Para pemimpin telah keliru memasankan kaca mata kuda sehingga anak buah hanya bisa melihat ke depan, tidak ke samping. Dalam perencanaan sebuah organisasi, biasanya dibuat dulu bidang-bidang hasil pokok (key result areas). Tiap bidang hasil pokok diturunkan lagi menjadi beberapa sasaran. Dan tiap sasaran dapat dicapai dengan beberapa jenis tindakan. Tidak semua orang melakukan setiap tindakan secara bersama-sama. Tiap-tiap subbagian dan setiap personil mendapat satu set tindakan, dalam kelompok-kelompok sasaran atau bidang hasil pokok. Secara matriks, tindakan ini dapat juga menyangkut personil atau subbagian lain. Karena itu, dalam menyampaikan instruksi-instruksi untuk melakukan tindakan, setiap pelaksana perlu pula diberi tahu sasaran dan bidang hasil pokok secara keseluruhan Jangan sampai seorang salesman menjadi heran: Mengapa perusahaan rugi, padahal target penjualannya tercapai? Sebab, dalam perencanaan memang perusahaan baru akan mencapai titik impas setelah 18 bulan. Kalau ia tidak mengetahui hal ini, maka bisa saja ia menuduh direksi korupsi, atau bagian keuangan melakukan kecurangan. Lalu, akan terjadi huru-hara, pemogokan, atau hal-hal negatif lainnya. Sebuah tindakan hanya merupakan sebatang pohon. Setiap personil bertanggung jawab untuk menjaga agar pohon yang dipercayakan kepadanya tetap subur tumbuhnya. Tetapi, ia juga harus diberi kesempatan untuk melihat bahwa pohonnya itu, bersama-sama pohon-pohon yang lain, telah membentuk sebentang hutan yang indah. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini