TEMPO 20 Nopember kembali memuat laporan mengenai film The
Message. Dalam TEMPO sebelumnya juga telah dilaporkan sikap
Dewan Masjid Sedunia di Mekah mengenai film tersebut. Pendeknya
hingga kini masih tetap ada fihak yang pro dan kontra. Menurut
hemat saya, masih ada jalan untuk mengatasi penolakan Dewan
Masjid Sedunia dan para ulama di beberapa negara terhadap film
itu. Misalnya dengan dua cara. Bisa dari inisiatif fihak
produser atau inisiatif Dewan Masjid Sedunia atau
organisasi-organisasi Islam Internasional lainnya.
Cara pertama, ialah: produser mengundang para pengurus Dewan
Sedunia, Muktamar Alam Islami, Rabitoh Islam, Organisasi Islam
Internasional dan para ulama terkenal Al-Azhar - secara khusus
menonton film tersebut. Pemutaran dilakukan di London atau
Amerika atau di salah satu kota Timur Tengah.
Cara kedua--yang lebih tepat - bila fihak-fihak yang menentang
film itu mengundang si produser di salah satu kota negara Islam
untuk mempertunjukkan film The Message di hadapan para ulama.
Untuk ini, alangkah baiknya bila Bapak Muhammad Natsir dan Bapak
K.H. Achmad Sjaichu selaku Pimpinan Muktamar Alam Islami dan
Organisasi Islam Internasional serta selaku anggota pengurus
Dewan Masjid Sedunia memprakarsai tindakan tersebut.
Apabila salah satu dari cara tersebut ditempuh, maka para ulama
dan pimpinan Organisasi-Organisasi Islam Internasional itu akan
secara langsung menyaksikan sendiri film The Message. Katakanlah
forum yang saya usulkan itu sebagai Dewan Sensor Islam Sedunia
untuk film tersebut. Setelah para ulama dan pemimpin Islam
menyaksikan sendiri pemutaran film dimaksud dan menilainya dari
semua segi, barulah dikeluarkan keputusan yang pasti: boleh atau
tidak ummat Islam menonton.
Jalan semacam itu perlu ditempuh, karena film bukanlah masalah
dogma yang tidak boleh ditawar-tawar lagi. Kiranya kurang layak
bila para ulama Sedunia hanya mengeluarkan larangan, padahal
mereka sendiri belum menyaksikannya sendiri. Saya berkeyakinan,
tidaklah berdosa bila para ulama menonton film dengan maksud
untuk menilai.
Berdasarkan berita di surat-surat kabar dan majalah (terutama
TEMPO), dalam film tersebut tidak diperlihatkan tokoh Nabi Besar
Muhammad SAW, begitu pula keempat sahabat utama beliau, kecuali
paman beliau: Hamzah. Dengan demikian salah satu faktor yang
selama ini kita tentang telah tersingkirkan. Sekiranya benar apa
yang selama ini diberitakan pers, bahwa The Message tidak
merugikan ajaran Islam bahkan sebaliknya - alangkah ruginya
ummat Islam di neara-negara yang melarang film tersebut. Selain
itu, bila para pemimpin Islam menentang pemutaran film tersebut
di negara masing-masing --tanpa memberi alasan yang tepat - maka
akan menimbulkan image yang tidak baik terhadap Islam di mata
dunia lain.
A. MARZUKI YAHYA S.E.
Pejaten RT. 003/05 No. 36
Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini