SEJAK akhir Pebruari yang lalu, reklame film The Message mulai
beredar di Tokyo. Film tersebut diputar di bioskop kelas satu
Tokyo Theater Ginza. Pertunjukan perdana, 19 Maret, diiringi
dengan bazar oleh beberapa negara Arab di bioskop tersebut.
Saya dan keluarga menonton pada hari kedua, karena penonton
berjubel. Produser dan sutradara Moustapha Akkad telah berhasil
menjadikan film tersebut satu media visuil yang amat berharga
untuk ditonton. Saya tidak melihat hal-hal yang bertentangan
dengan Islam, idak ada adegan Nabi s.a.w. dan sahabat dekat
beliau seperti Ali, Umar dan sebagainya secara visuil. Apalagi
tidak ada sama sekali adegan Nabi s.a.w. dikelilingi
wanita-wanita cantik di gua Hira.
Saya belum pernah, dan mungkin tidak akan sempat, membaca buku
Dr. Abdurrakhman El Syarkawi, sebagaimana disebutkan oleh Sdr.
Abdul Latief Muin, Kairo (TEMPO, 12 Maret). Yang pasti tidak ada
adegan-adegan yang menodai kesucian Islam. Kiranya Sdr. Abdul
Latief Muin lebih jujur dalam memberikan pendapatnya. Saya
kuatir saudara tersebut belum pernah menonton film tersebut.
Membaca buku Dr. Abdurrakhman El Syarkawi Muhammad Rasul El
Hurriyah, tidak sama dengan menonton film The Message yang
produser dan sutradaranya Mousthapa Akkad.
Film berbahasa Inggeris yang dibintangi antara lain Anthony
Quinn itu, telah menggugah perasaan kita. Menjelaskan latat
belakang kelahiran Islam, masa jahiliyah, hijrah Nabi s.a.w. ke
Taif dan Madinah, perang Badar dan Uhud. Peranan Bilal sangat
mengesankan, dan betapa tabah dan gigihnya pengikut Nabi s.a.w.
membela keyakinan mereka.
Setelah kita mempelajari dan membaca sejarah Nabi s.a.w., amat
baik sekali menonton film ini. Secara visuil kita dapat
menghayati betapa sebenarnya suasana "padang pasir" tempat lahir
dan berkembangnya Islam tersebut. Pakailah kacamata yang bening,
sehingga kita dapat melihatnya lebih baik! Saya beranggapan
Mousthapa Akkad telah berhasil melayarputihkan sejarah Islam,
liwat imajinasinya yang luar biasa.
Banyak yang terharu. Bahkan orang Jepang di sebelah saya duduk,
menangis tersedu-sedu sewakhl Bilal azan di Ka'bah setelah Nabi
s.a.w. kembali ke Mekkah dari Madinah . . .
Sampai di rumah, saya memutuskan putera-puteri saya sebaiknya
melihat film tersebut, agar mereka mempunyai gambaran betapa
hebatnya perjuangan Nabi s.a.w. dalam menyebarkan Islam. Saya
sependapat dengan drs. Achmad Sablie (TEMPO 1 Januari): malahan
film The Message ini jauh lebih baik dan berhasil dari film
Bilal.
Drs. M. RUSLI YUNUS
6-6, 4 Chome, Meguro,
Meguro-ku, Tokyo, Japan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini