Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Gengsi si jubah leo

Seorang mahasiswa pemenang Jubah Leo Preis diwawancarai wartawan. Oleh wartawan ia disarankan agar mengaku tak dapat membaca bahasa asing dan hobinya bukan ke perpustakaan.

23 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMPERKENALKAN! Kami dari majalah Warakanya dan ingin menanyakan apakah betul saudara yang keluar sebagai pemenang Jubah Leo Preis dari negara Landha? + Saya tidak keluar dari mana-mana tapi betul saya mendapat hadiah yang seribu holden itu. - Selamat! .... Pertama kami ingin menanyakan tentang nama hadiah itu yang rasanya agak ganjil. + Pokoknya Leo itu singkatan dari lebat otak. Hanya kebetulan lesu otak dan lemah otak juga bisa disingkat jadi leo, maka itu leo-leo yang begini juga gampang menang hadiah, tapi tidak dari negara Londou. - Maklumlah dalam hidup ini masih banyak yang lebih renting dari otak lebat. Dan hadiah itu tentu bukan untuk otak saudara saja, bukan? + Lho, mesti untuk apa lagi ? - Ya mahasiswa yang baik itu kan orang yang juga aktif terjun ke masyarakat? + Mas, hadiah Jambul Leo itu cuma buat jago-jago otak saja dan Thomas Cup itu cuma buat jago-jago bulutangkis saja dan Imelda dan King tidak pernah disuruh terjun ke mana-mana lagi selain ke lapangan badminton. Yang terjun ke masyarakat itu teman saya,dan semua tengkulak juga rajin terjun ke masyarakat. Saya ini ahli terjun ke laboratorium dan perpustakaan dan saya persilakan anda tepuk tangan. - Rupanya saudara ini manusia menara gading. + Soalnya saya ini bukan manusia menara gombal. Wah sombong ya? Anda suka gombal-gombal yang jadi menara itu? - Ya, kami ini sekedar ragu kenapa otak saja kok bisa dapat hadiah. Seandainya saudara itu misalnya pandai juga menyanyi atau mengadakan aksi maka masyarakat tentu tidak akan tertanya-tanya lagi mengenai hadiah itu. + Jadi ada yang bingung juga? - Ya misalnya orang tentu bilang bahwa saudara itu kutu buku, dan semua orang juga tahu bahwa kutu buku itu orang aneh, maka semua tentu bertanya masak kutu buku kok dapat hadiah? + Yang dapat hadiah itu cuma leo buku. Terus mas .... - Ya jago otak itu kan lama-lama bisa jadi botak? Saudara bakal dijauhi cewek-cewek kecuali kalau saudara itu Frederick Jala. + Yang paling gondrong itu justru leo-leo. - Dan jago otak itu orang yang tidak punya perasaan. Tanya saja semua seniman. Lalu saudara itu jadi orang yang tidak punya rasa kemanusiaan. + Semua leo itu makan orang, mas. - Dan jago otak itu akhirnya juga cuma bikin barang-barang seperti bom atom saja dan tahukah saudara .... + Tentang Hiroshima saya sudah tahu. Terus saja mas . . . - Waduh . . . khotbah saya putus, padahal sudah mendekati klimaks . . . Begini saja. Orang yang percaya sama rasio itu suka sombong dan tidak percaya sama Tuhan! + Waah, kok malah jadi anti-klimaks . . . ? - Maka itu kalau saudara ingin selamat dari bisikan syaitan saudara itu jangan percaya kepada rasio dan jangan banyak belajar dan jangan jadi kutu buku maaf leo buku. Untung saja buku mahal .... + Kalau cari murahnya pinjam saja dari perpustakaan, mas ! - Untung saja buku mahal dan perpustakaan langka, jadi rakyat kita selamat dari godaan. O ya, jangan bilang kepada orang bahwa saya yang bilang begitu. Terima kasih sebelumnya. + Maaf mas, tapi saya sudah tidak punya rasa kemanusiaan. - Saya anggap bahwa saudara ini jenis leo seperti yang di Born Free itu, jadi masih punya akhlak. + Masih ada lagi tentang setan-setan ilmiah, mas? - Sudah sajalah dik. Begini, yang paling penting buat para pembaca Warakanya adalah tentang hobi saudara. Nah, saudara punya hobi apa saja? Makan bakso atau apa? + Makan buku yang bahasanya asing. - Saudara tahu bahwa itu tidak disukai pembaca dan saudara rupanya belum mengerti apa itu hobi. Saya akan tulis saja bahwa hobi saudara itu makan bakso agar saudara lekas jadi populer dan lekas dapat surat banyak. O ya, perkara baca-membaca itu lebih baik saya tulis bahwa saudara itu tidak bisa baca buku karena bahasanya masih asing semua sehingga saudara merasa kesulitan dalam belajar. + Lantas bisanya saya dapat hadiah Leo ini bagaimana? - Itu urusan belakang. Pokoknya saya akan tulis bahwa saudara itu menuntut kepada pak menteri dan pak dosen agar semua buku asing di dunia ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sekarang juga agar supaya semua mahasiswa itu tidak mogok belajar. + Apa itu kira-kiranya akan disukai pembaca? - Itu bukan kira-kira lagi. Saudara pasti akan dapat dukungan luas dan akan jadi pahlawan. Sudah waktunya saudara ini jadi aktivis. + Ya terima kasihlah. Tapi sebaiknya dikatakan bahwa saya begitu itu karena adanya sumpah pemuda yang mengakui hanya ada satu bahasa yaitu bahasa kita. Ya pokoknya supaya ada alasan patriotiklah. Saya toh tidak mau kalau saya nanti disangka cengeng atau manja atau lemah otak atau bagaimana. Cuma celakanya saya sudah telanjur bikin dosa .... - Lho, ada apa lagi ini?? + Soalnya sumpah saya lain. Sedari kecil saya sudah bersumpah bahwa hidup-mati saya bergantung kepada bahasa-bahasa modern, maka itu saya gampang saja membaca buku-buku asing. - Wah bahaya itu dik! Tapi jangan khawatir, saya tidak akan tulis itu di dalam majalah. + Terima kasih mas. Jadi enaknya mulai besok kalau saya ditanyai wartawan saya akan mengeluh saja mengenai bahasa asing dan buku asing. - Bagus! Begitulah minisiswa Indonesia yang sejati! Nah, ngomong-ngomong, dalam liburan panjang ini mau melancong ke mana saja dik? + Ke perpustakaan. - Aduuh . . . adik ini kok seperti belum tahu saja. Bapak-bapak pemimpin yang sibuk ngatur kegiatan liburan panjang ini toh tidak ada yang menyuruh generasi muda membaca buku asing atau lari ke perpustakaan? Ingatlah rumus 20 - 30 - 50 yang telah digariskan pak Mahar itu mengenai pembagian waktu mahasiswa. 20 persen belajar, 30 persen tidur, dan 50 persen liburan panjang. Nah, kenapa saudara juga tidak ikut main-main? + Jaga gengsi dong. Saya ini punya Jubah Leo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus