MEMPERKENALKAN! Kami dari majalah Warakanya dan ingin menanyakan
apakah betul saudara yang keluar sebagai pemenang Jubah Leo
Preis dari negara Landha?
+ Saya tidak keluar dari mana-mana tapi betul saya mendapat
hadiah yang seribu holden itu.
- Selamat! .... Pertama kami ingin menanyakan tentang nama
hadiah itu yang rasanya agak ganjil.
+ Pokoknya Leo itu singkatan dari lebat otak. Hanya kebetulan
lesu otak dan lemah otak juga bisa disingkat jadi leo, maka itu
leo-leo yang begini juga gampang menang hadiah, tapi tidak dari
negara Londou.
- Maklumlah dalam hidup ini masih banyak yang lebih renting
dari otak lebat. Dan hadiah itu tentu bukan untuk otak saudara
saja, bukan?
+ Lho, mesti untuk apa lagi ?
- Ya mahasiswa yang baik itu kan orang yang juga aktif terjun ke
masyarakat?
+ Mas, hadiah Jambul Leo itu cuma buat jago-jago otak saja dan
Thomas Cup itu cuma buat jago-jago bulutangkis saja dan Imelda
dan King tidak pernah disuruh terjun ke mana-mana lagi selain ke
lapangan badminton. Yang terjun ke masyarakat itu teman saya,dan
semua tengkulak juga rajin terjun ke masyarakat. Saya ini ahli
terjun ke laboratorium dan perpustakaan dan saya persilakan anda
tepuk tangan.
- Rupanya saudara ini manusia menara gading.
+ Soalnya saya ini bukan manusia menara gombal. Wah sombong ya?
Anda suka gombal-gombal yang jadi menara itu?
- Ya, kami ini sekedar ragu kenapa otak saja kok bisa dapat
hadiah. Seandainya saudara itu misalnya pandai juga menyanyi
atau mengadakan aksi maka masyarakat tentu tidak akan
tertanya-tanya lagi mengenai hadiah itu.
+ Jadi ada yang bingung juga?
- Ya misalnya orang tentu bilang bahwa saudara itu kutu buku,
dan semua orang juga tahu bahwa kutu buku itu orang aneh, maka
semua tentu bertanya masak kutu buku kok dapat hadiah?
+ Yang dapat hadiah itu cuma leo buku. Terus mas ....
- Ya jago otak itu kan lama-lama bisa jadi botak? Saudara bakal
dijauhi cewek-cewek kecuali kalau saudara itu Frederick Jala.
+ Yang paling gondrong itu justru leo-leo.
- Dan jago otak itu orang yang tidak punya perasaan. Tanya saja
semua seniman. Lalu saudara itu jadi orang yang tidak punya rasa
kemanusiaan.
+ Semua leo itu makan orang, mas.
- Dan jago otak itu akhirnya juga cuma bikin barang-barang
seperti bom atom saja dan tahukah saudara ....
+ Tentang Hiroshima saya sudah tahu. Terus saja mas . . .
- Waduh . . . khotbah saya putus, padahal sudah mendekati
klimaks . . . Begini saja. Orang yang percaya sama rasio itu
suka sombong dan tidak percaya sama Tuhan!
+ Waah, kok malah jadi anti-klimaks . . . ?
- Maka itu kalau saudara ingin selamat dari bisikan syaitan
saudara itu jangan percaya kepada rasio dan jangan banyak
belajar dan jangan jadi kutu buku maaf leo buku. Untung saja
buku mahal ....
+ Kalau cari murahnya pinjam saja dari perpustakaan, mas !
- Untung saja buku mahal dan perpustakaan langka, jadi rakyat
kita selamat dari godaan. O ya, jangan bilang kepada orang bahwa
saya yang bilang begitu. Terima kasih sebelumnya.
+ Maaf mas, tapi saya sudah tidak punya rasa kemanusiaan.
- Saya anggap bahwa saudara ini jenis leo seperti yang di Born
Free itu, jadi masih punya akhlak.
+ Masih ada lagi tentang setan-setan ilmiah, mas?
- Sudah sajalah dik. Begini, yang paling penting buat para
pembaca Warakanya adalah tentang hobi saudara. Nah, saudara
punya hobi apa saja? Makan bakso atau apa?
+ Makan buku yang bahasanya asing.
- Saudara tahu bahwa itu tidak disukai pembaca dan saudara
rupanya belum mengerti apa itu hobi. Saya akan tulis saja bahwa
hobi saudara itu makan bakso agar saudara lekas jadi populer dan
lekas dapat surat banyak. O ya, perkara baca-membaca itu lebih
baik saya tulis bahwa saudara itu tidak bisa baca buku karena
bahasanya masih asing semua sehingga saudara merasa kesulitan
dalam belajar.
+ Lantas bisanya saya dapat hadiah Leo ini bagaimana?
- Itu urusan belakang. Pokoknya saya akan tulis bahwa saudara
itu menuntut kepada pak menteri dan pak dosen agar semua buku
asing di dunia ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sekarang juga agar supaya semua mahasiswa itu tidak mogok
belajar.
+ Apa itu kira-kiranya akan disukai pembaca?
- Itu bukan kira-kira lagi. Saudara pasti akan dapat dukungan
luas dan akan jadi pahlawan. Sudah waktunya saudara ini jadi
aktivis.
+ Ya terima kasihlah. Tapi sebaiknya dikatakan bahwa saya begitu
itu karena adanya sumpah pemuda yang mengakui hanya ada satu
bahasa yaitu bahasa kita. Ya pokoknya supaya ada alasan
patriotiklah. Saya toh tidak mau kalau saya nanti disangka
cengeng atau manja atau lemah otak atau bagaimana. Cuma
celakanya saya sudah telanjur bikin dosa ....
- Lho, ada apa lagi ini??
+ Soalnya sumpah saya lain. Sedari kecil saya sudah bersumpah
bahwa hidup-mati saya bergantung kepada bahasa-bahasa modern,
maka itu saya gampang saja membaca buku-buku asing.
- Wah bahaya itu dik! Tapi jangan khawatir, saya tidak akan
tulis itu di dalam majalah.
+ Terima kasih mas. Jadi enaknya mulai besok kalau saya ditanyai
wartawan saya akan mengeluh saja mengenai bahasa asing dan buku
asing.
- Bagus! Begitulah minisiswa Indonesia yang sejati! Nah,
ngomong-ngomong, dalam liburan panjang ini mau melancong ke mana
saja dik?
+ Ke perpustakaan.
- Aduuh . . . adik ini kok seperti belum tahu saja. Bapak-bapak
pemimpin yang sibuk ngatur kegiatan liburan panjang ini toh
tidak ada yang menyuruh generasi muda membaca buku asing atau
lari ke perpustakaan? Ingatlah rumus 20 - 30 - 50 yang telah
digariskan pak Mahar itu mengenai pembagian waktu mahasiswa. 20
persen belajar, 30 persen tidur, dan 50 persen liburan panjang.
Nah, kenapa saudara juga tidak ikut main-main?
+ Jaga gengsi dong. Saya ini punya Jubah Leo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini