Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Harga minyak: sebuah kisah ...

Indonesia merupakan satu-satunya negara anggota opec yang tak ikut-ikutan menaikkan harga dari harga patokan. pertimbangan tindakan itu bersifat taktis, praktis dan strategis.

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA cerita dari DPR, kira-kira begini: "Di sebuah penjara terdapat 13 orang. Suatu hari beberapa dari mereka berhasil menggali terowongan untuk melarikan diri. Berturut-turut mereka lari ke luar. Tapi ada satu yang merasa tidak perlu ikut-ikutan." Ini menjadi bahan cerita karena kedengarannya janggal. Sudah menjadi dalil bahwa orang yang dipenjara akan menggunakan setiap kesempatan untuk melarikan diri. Malahan kesempatan itu seharusnya diciptakannya sendiri. Penjara itu tidak lain adalah patokan harga minyal yang ditetapkan OPEC. Orang yang satu itu adalah Indonesia. Yang sudah lari dari penjara, misalnya Iran. Ia sudah menetapkan harga ekspor minyaknya sampai 79% di atas patokan harga tertinggi OPEC. Jadi, mengapa tidak ikut, padahal selama ini diharapkan penerimaan ekspor dapat dimaksimalkan . Pertimbangan Taktis Memang aneh. Tapi ceritanya mungkin tidak berhenti di situ. Mungkin ada pertimbangan taktis. Melarikan diri selalu ada untung-ruginya. Risikonya terbesar adalah tertembak mati. Informasi tertentu atau firasat yang dipunyai orang itu mungkin mengatakan risikonya tidak sebanding. Dalam sistem OPEC, sejauh organisasi ini masih akan dipertahankan, harga berganda tidak dapat berlangsung secara berkepanjangan. Bila bukan karena alasan politis, dari hukum ekonominya dapat dipastikan akan terbentuk harga baru yang bersifat tunggal. Selisih harga-harga hanya mencerminkan perbedaan kwalitas dan marin transor. Pengalaman menunjukkan bahwa pembentukan harga ini bersifat "memanunggalkan harga ke atas". Artinya, harga itu toh akan naik, dan mungkin sudah dalam bulan Desember mendatang ini. Besarnya kenaikan tergantung dari besarnya kran produksi dibuka oleh Arab Saudi. Negara ini juga merupakan komandan pemanunggalan itu. Ada cukup alasan bagi Arab Saudi untuk melakukan ini. Bila sekarang Indonesia ikut menaikkan harga minyaknya, apa yang dijadikan patokan? Bila ditetapkan sesuai dengan harga tertinggi di pasaran tunai, bagaimana efeknya bila kemudian terpaksa diturunkan lagi karena kondisi pasar berubah? Ada pilihan-pilihan lain, misalnya disesuaikan dengan laju inlasi dunia, atau ditetapkan atas dasar suatu nilai-tukar perdagangan terms of trade) tertentu. Bila harga toh akan naik, perlukah ini semua? Pertimbangan taktis ini tidak harus berarti Indonesia ingin berlaku sebagai anak manis.dengan imbalan mendapat perlakuan seperti itu pula. Pertimbangan Praktis Mungkin juga si orang dalam cerita di atas punya pertimbangan praktis. Dia tahu, bila melarikan diri dari penjara itu ia harus memasuki hutan belukar yang lebat dan mengerikan, dan mungkin tidak pernah bisa menemukan jalan keluar. Hasil sektor minyak otomatis tercatat dalam buku penerimaan negara. Dengan meningkatnya harga minyak otomatis penerimaan ini naik. Pengaruh ini besar karena ketimpangan struktural dalam penerimaan negara yang didominir sektor minyak. Masalahnya, bila penerimaan negara naik, pengeluarannya juga harus membesar karena prinsip APBN yang berimbang itu. Di waktu lalu, pengeluaran dilakukan dengan mudah biarpun penerimaan mengalami stagnasi. Kini ada kemungkinan memperbesar penerimaan tapi tampaknya sulit untuk mengeluarkannya kemudian. Mungkin karena rencana proyek-proyek pembangunan belum disiapkan untuk keadaan seperti ini atau karena anggapan bahwa aparat pembangunan yang ada tidak dapat menyerapnya secara produktif. Bila inflasi diperbolehkan membubung, tidak akan ada persoalan dalam menyalurkan uang minyak tersebut. Pengaruh kenaikan harga ekspor minyak terhadap inflasi tidak kecil. Sebab terdapat ketimpangan arus uang dalam struktur perekonomian Indonesia yang didominir oleh APBN. Pertimbangan Strategis Cerita dari DPR menjadi agak lain bila disisipkan pertimbangan-pertimbangan taktis dan praktis di atas. Tetapi pertimbangan-pertimbangan ini tidak mengurangi kejanggalan cerita itu. Kesempatan untuk melarikan diri bisa dimanfaatkan dan memang sengaja diciptakan bila telah dirumuskan terlebih dahulu strateginya. Cerita dari DPR berakhir pada bagian di mana sebenarnya harus dimulai. Strategi yang ada kira-kira berbunyi begini: "Di satu pihak mengusahakan untuk memaksimalkan penerimaan dari minyak sebagai komoditi ekspor, di pihak lain mengusahakan untuk menekan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri sebagai sumber energi utama bagi penduduk." Dengan eskalasi harga minyak di pasaran internasional, kini semakin nyata bahwa strategi di atas mengandung kontradiksi yang semakin besar. Naiknya harga minyak mentah ai pasaran internasional mempengaruhi harga BBM di dalam negeri. Masalahnya, pengaruh ini cenderung menjadi semakin besar karena ketimpangan dalam struktur penyediaan BBM di dalam negeri di mana komponen impornya telah menjadi semakin besar. Dengan begini, usaha memaksimalkan hasil penerimaan ekspor minyak tidak dapat berjalan bersama-sama dengan usaha menekan harga BBM di dalam negeri. Bila subsidi BBM diperbolehkan membesar secara terus menerus tidak akan ada persoalan dengan strategi ini. Subsidi BBM yang kita ketahui hanya yang tercatat dalam APBN. Subsidi ini pada hakekatnya memang bersifat inflatoir. Tapi subsidi yang terselubung mungkin lebih besar dan merupakan beban Pertamina. Subsidi serupa ini merupakan sumber stagnasi dalam penyediaan BBM di dalam negeri di kemudian hari. Karena kapasitas pengilangan di dalam negeri sudah merangkak di belakang kebutuhan BBM dalam negeri yang meningkat pesat, bagian yang harus diimpor semakin besar pula. Tambahan lagi, harga-harga BBM di pasaran internasional lebih menggila daripada harga minyak mentah. Seandainya kita punya kapasitas pengilangarr yang besar, dan menjadi pengekspor BBM dan hasil-hasil minyak lainnya mungkin kontradiksi dalam strategi di atas dapat dieliminir. Memaksimalkan hasil penerimaan dari minyak tidak perlu berarti memaksimalkan ekspor minyak mentah minyak dapat diekspor dalam bentuk-bentuk lain, diolah lebih lanjut atau terkandung dalam bentuk barang jadi yang pembuatannya memakai minyak sebagai energi. Dengan begini, didapat keuntungan tambahan dalam bentuk nilai-tambah (vueodded) yang bisa diterjemahkan dalam jumlah lapangan kerja yang diciptakan. Menaikkan harga minyak punya efek yang bermacam ragam, tergantung kondisi yang ada. Pohon yang tinggi memang menampung angin yang lebih.besar. Tapi buat pohon mahoni artinya lain daripada baigi, pohon kelapa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus