PERSOALAN seks remaja tidak ada pada ayam, itik, kucing, anjing,
kambing dan lembu. Kehidupan seks mereka ternyata tertib sekali
bila dibandingkan dengan manusia. Jadwalnya lebih teratur dan
tujuannya lebih sederhana.
Berbagai binatang mengenal ritual seks, umpamanya ayam jantan
yang romantis bergerak-gerak melebarkan sayap merayu betina.
Kepala itik jantan naik turun memanifestasikan birahinya. Kucing
hingar bingar. Namun otak mereka tidak mampu memikirkan seluk
beluk moral, tidak mampu merisaukan etika seksual.
Kalau binatang itu sudah dewasa bekerjalah hormon seks,
terciumlah bau kelenjar yang membangkitkan birahi, dan mereka
berhubungan seks. Hormon seks datangnya bermusim-musim, jadi
hubungan seks terikat pada musim. Di luar musim, kehadiran
betina yang ayu tidak mampu merangsang birahi sang jantan.
Sentuhan jantan yang ngganteng tidak menggetarkan hati sang
betina. Dan tujuan kehidupan seks mereka cuma satu: untuk
reproduksi, untuk mendapatkan keturunan.
Rupanya manusia dikodratkan jadi makhluk yang bebas dan nakal.
Nafsu seks mereka, astagafirullah, bisa tergugah sembarang
waktu. Tidak mengenal musim.
Kehidupan seks yang pada dasarnya dimaksudkan untuk melanjutkan
keturunan, lalu dimanipulasi manusia. elalui lembaga manusia,
terkadang fungsinya menjadi status sosial, misalnya beristri
tiga atau empat untuk gengsi. Atau fungsinya menjadi pemuas
naluri dasar di luar perkawinan, pemuasan nafsu seks semata dan
kehamilan dicegah. Seks malah menjadi industri penting dengan
dalih mehingkatkan kesempatan kerja dan mensukseskan proyek
turisme.
Dalam perwujudannya yang lebih halus seks dirangkai menjadi
barang seni atau cerita manis: Kisah Cassanova, Kisah Don Yuan,
Koka Shastra, Kama Sutra, Seni Sanggama. Abad modern menelurkan
pelbagai Bom Seks kaliber internasional, menghasi]kan pelacur
kakap yang bukunya lebih laris dari karangan Rendra atau Ashadi.
Perlu Diributkan?
Nah, apakah seks masih perlu diributkan? Perlu. Sebab kenakalan
seks tidak lagi terbatas pada orang dewasa, pada pelaut, pada
orang berpangkat, pada wanita simpanan, pada pelacur segala
kelas, tapi sudah menghinggapi para remaja, generasi penerus.
Gejala ini diributkan di mana-mana.
Di Amerika Serikat aktivitas seks remaja meresahkan. Penelitian
pada pelajar sekolah lanjutan pertama dan atas di Michigan tahun
1970 mengungkapkan 16% dari pelajar wanita punya pengalaman
seks. Pada survei berikutnya (1973) angka tersebut sudah
meningkat menjadi 22%.
Dua Survei Nasional Wanita Muda yang meneliti perilaku seks
wanita berusia 15 - 19 dan tidak pernah kawin juga menunjukkan
hubungan seks remaja yang semakin meluas. Hasil penelitian tahun
1971 menunjukkan sebanyak 27% dari wanita golongan umur tersebut
pernah melakukan hubungan seks. Pada penelitian tahun 1976 sudah
hampir dua pertiga dari golongan umur yang sama mempunyai
pengalaman sanggama.
Angka yang lainnya diungkapkan oleh studi pada empat masyarakat,
dilaksanakan oleh Public Health Association. Sebanyak 67% dari
remaja prda dan 45% dari remaja wanita telah mempunyai
pengalaman seks.
Buntutnya tidak enak: bermunculan ayah-ibu ingusan, kelahiran
anak jadah, pengguguran, penyakit kelamin, ketegangan dalam
keluarga. Mungkin karena penggunaan kontrasepsi dan praktek
pengguguran, jumlah bayi yang dilahirkan remaja menurun di
Amerika Serikat. Pada tahun 1957 dad 1000 wanita berusia 15 - 19
tahun tercatat 97,3 kelahiran dan menciut menjadi 58,7 kelahiran
pada tahun 1974. Namun secara absolut jumlahnya masih sangat
besar. (W.H. Baldwin, "Adolescent pregnancy and childbearing:
growing concerns for Americans", Population Bulletin, Sept.
1976).
Hongkong juga tidak mau tertidur dalam persoalan seks remaja.
Pada tahun 1978 di Hongkong lahir sebanyak 80.785 bayi. Sebanyak
4.149 atau 5% dari jumlah itu dilahirkan oleh gadis remaja. Dan
jelas, sebagian lagi berhasil menggugurkan. (B. Tsang, "Teenage
pregnancy: the Hongkong experience Concern, July - Sept. 1980).
Apa Boleh Buat
Indonesia? Sebagai bangsa yang berakhlak tinggi, seyogyanya ini
soal tabu bagi bangsa kita. Tapi apa boleh buat, tabir sudah
tersingkap di Pulau Dewata. Ditemukan oleh angket dr. Wimpie
Pangkahila bahwa 23,4% (155 dari 663 responden) dari pelajar
SLTA kelas II di Denpasar punya pengalaman seks. Perinciannya,
27% pelajar pria dan 18% pelajar wanita pernah melakukan
sanggama.
Sesungguhnya remaja kita ini masih kalah dibandingkan remaja
Amerika Serikat atau Hongkong, tetapi sebagai bangsa yang
berakhlak tinggi kita terpaksa ribut atau merasa terkecoh.
Bisakah angka-angka itu diandalkan? Berapa persen yang punya
pengalaman hamil? Wallahualam. Yang jelas, menurut Sinar Harapan
(27.8-1981), di daerah Cimahi, Kabupaten Bandung, tiga pasang
murid SLA terpaksa dinikahkan.
Kalau begitu, barangkali perlu pendidikan seks. Perlu dididik
supaya mengerti indung telur wanita menghasilkan satu telur
kecil (seujung jarum) sebulan, melalui saluran telur 24 jam,
menuju rahim. Laki-laki memancarkan lebih 100 juta sperma sekali
sanggama dan cuma satu sperma diperlukan untuk membuahi telur
yang sedang di dalam saluran telur. Perlu diketahui prosesnya
tidak kumulatif. Umpamanya, tidak diperlukan minimum 30 kali
sanggama untuk satu kehamilan. Kalau sial, sekali hubungan seks
bisa membikin hamil. Jangan coba-coba. Segala bencana bisa
berpangkal pada satu hubungan seks yang gegabah.
Huh, rasanya ayam, kucing dan kambing yang tidak sekolah lebih
mengerti dad manusia remaja. Beban seks tanpa musim. Beban
kebebasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini